Selasa, 17 Maret 2009



WARIK

Petugas Kerajaan


BAGAIMANA pula dengan Warik yang banyak di pulau kambang itu? Ternyata memang memiliki cerita tersendiri dan menjadikan pulau ini memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Ada cerita lain.
Dalam ceriteranya disebutkan salah satu keturunan raja di daerah Kuin tidak dikaruniai anak. Menurut ramalan ahli nujum kalau ingin punya anak harus berkunjung ke Pulau Kambang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dipenuhi oleh kerabat kerajaan. Beberapa waktu setelah mengadakan upacara di Pulau Kambang itu, ternyata isteri dari keturunan raja dimaksud hamil. Begitu gembira dan bahagianya keluarga raja dengan kehadiran anak yang dinanti-nantikan, maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak atau mengganggunya.
Petugas kerajaan yang mendapat perintah menjaga pulau ini membawa dua ekor warik besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur.
Konon menurut ceritanya setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara gaib, tak diketahui kemana perginya. Sedangkan warik yang ditinggalkannya beranak pinak dan menjadi penghuni pulau kambang. Para orang tua dahulu ketika mengunjungi pulang kambang masih bisa melihat si Anggur yang memang berbeda dari warik biasa.
Keberadaan warik-warik ini telah menjadikan pulau kambang semakin menarik untuk dikunjungi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh mereka yang perhatian terhadap keberadaan warik di pulau kambang ini diketahui ada dua kumpulan warik yang keluar dari persembunyiannya secara bergantian. Rombongan warik pertama yang keluar sekitar pukul 05.00 s.d. l3.00 dan setelah itu disambung oleh kumpulan warik sip kedua yang berada di tengah pengunjung pulau kambang. Kalau rombongan sip pertama tidak menaati ketentuan dengan pengertian melewati batas waktu operasional, maka ia akan diburu oleh rombongan warik lainnya. Tepatnya waktu itu mungkin hanya sesama warik yang tahu.
Begitulah asal muasal pulau Kambang beserta warik penghuninya. Tentang kebenarannya terpulang kepada Yang Maha Esa. Bahwa Pulau Kambang dan warik itu memang nyata dikelilingi sungai sekitarnya, tak perlu mempersoalkan keberadaannya. Tapi jangan lupa mengunjungi sebagai tempat wisata. Q





Tumpukan Kambang



CERITA tentang tenggelamnya kapal dengan para penumpangnya yang kebanyakan etnis Cina tersebut menyebar dari mulut ke mulut dan waktu ke waktu. Sehingga mereka yang berasal dari keturunan Cina pun banyak yang mengunjungi pulau tersebut untuk mengenang dan memberikan penghormatan terhadap jasad yang berkubur di situ.
Bahkan di situ pun dibuat patung monyet. Jadilah pulau ini sebagai tempat penyampaian doa nadzar, terutama bagi mereka yang merasa memiliki ikatan batin atas keberadaan pulau itu.
Dahulu setiap orang yang berkunjung ke sana membawa sejumlah untaian kambang (bunga), dan karena berlangsung sepanjang waktu terjadilah tumpukan kambang yang sangat banyak. Mereka yang melintasi pulau itu selalu melihat dan menyaksikan tumpukan kambang yang begitu banyak.
Oleh karena selalu menarik perhatian bagi mereka yang melintasi tempat ini dan menjadi penanda, maka untuk menyebutnya diberi nama Pulau Kambang.
Lama kelamaan nama pulau kambang semakin dikenal dan ramai dikunjungi orang dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang mengkeramatkannya atau sekadar ingin tahu keberadaan pulau kambang yang telah melegenda itu.
Sekarang pun masih ditemui adanya kunjungan dari mereka yang punya hajat tertentu dan berbaur dengan para pengunjung atau para wisatawan lainnya setelah mengunjungi pasar terapung.


Pulau Kambang
yang Banyak Wariknya


Jangan kaget, bila kapal kecil yang membawa kalian menuju Pulau Kambang belum lagi merapat ke demaga, beberapa warik (monyet) meloncat, langsung menuju makanan yang kalian bawa. Nama pulau tersebut, Pulau Kambang, bukan Pulau Warik, sekalipun di pulau tersebut banyak warik dan tak banyak kambang(bunga)


Pulau Kambang adalah objek wisata yang jarang terlewatkan apabila orang mengunjungi pasar terapung. Selain tempatnya yang berada disekeliling sungai dan berbentuk pulau kecil juga mudah didatangi. Sebenarnya pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Barito Kuala, namun lebih dekat dengan Banjarmasin. Objek wisata Pulau Kambang ini ditawarkan dalam satu paket dengan Pasar Terapung yang merupakan andalan kepariwisataan kota Banjarmasin.
Di Pulau Kambang ini terdapat ribuan warik yang selalu datang mendekat ke arah pengunjung, terlebih lagi jika mereka sedang lapar. Tidak jarang warik-warik itu merebut benda yang ada dipangkuan pengunjung. Ketertarikan orang pada Pulau Kambang ini ternyata berbeda-beda tujuannya. Ada yang memanfaatkan karena letaknya dekat pasar terapung dan sekaligus ingin melihat warik yang ada disana. Selain itu ada pula pengunjung yang punya niat atau nadzar tertentu, sehingga mereka harus datang ke pulau kambang.
Cerita yang ditututkan mastyarakat secara turun temurun, bila warik dipelihara atau di bawa dari Pulau Kambang, tak berapa lama akan mati. Karena warik tersebut sebenarnya awak kapal yang tenggelam.
Ceritanya begini :
Dahulu kala di Banjarmasin tepatnya Muara Kuin berdiri sebuah kerajaan. di kerajaan tersebut ada seorang patih yang sangat sakti, berani dan gagah perkasa bernama Datu Pujung. Datu Pujung ini menjadi andalan dan merupakan benteng pertahanan terhadap orang-orang yang ingin menguasai Kerajaan Kuin.
Suatu ketika sebuah kapal Inggeris dengan membawa penumpang atau awak kapal yang kebanyakan orang Cina. Mereka diketahui ingin tinggal dan menguasai kerajaan Kuin. Untuk melaksanakan niat mereka itu tentu saja harus berhadapan dengan Datu Pujung. Menurut Datu Pujung kalau mereka ingin menguasai kerajaan Kuin harus dapat melewati ujian yang ditetapkan, yaitu bisa membelah kayu besar tanpa alat atau senjata.
Persyaratan dari Datu Pujung ini tidak dapat dipenuhi mereka. Datu Pujung memperlihatkan kesaktiannya dan dengan mudah membelah kayu besar itu tanpa alat. Datu Pujung membuktikan bahwa persyaratan yang diajukannya bukanlah omong kosong atau sesuatu yang mustahil.
Disebabkan para pendatang yang ada di dalam kapal Inggeris itu tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka oleh Datu Pujung diminta untuk membatalkan niat menguasai kerajaan Kuin dan agar kembali ke negeri asalnya. Namun mereka ngotot ingin tinggal menetap dan menguasai kerajaan Kuin sesuai dengan tujuan mereka. Karena mereka tetap memaksakan kehendaknya, akhirnya Datu Pujung dengan kesaktiannya menenggelamkan kapal beserta seluruh penumpang yang ada didalamnya.
Setelah sekian lama, bangkai kapal yang ada dipermukaan air itu menghalangi setiap batang kayu yang hanyut. Dari hari ke hari semakin bertumpuk kayu-kayu yang tersangkut dan kemudian tumbuh pepohonan yang menjadi sebuah pulau di tengah sungai.
Pulau yang ditumbuhi pepohonan ini telah pula dihinggapi oleh burung-burung dan bersarang di sana.
Tentang banyaknya warik, ada yang bercerita bahwa warik tersebut adalah awak kapal Inggris, yang kebanyakan orang China. Benar tidaknya wallahualam.Q





MASJID SULTAN SURIANSYAH
(Masjid tertua di Kalsel yang di dalam lantai masjid ‘dijaga’ Buaya Kuning)

MASJID Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin. Kabarnya, di dalam lantai masjid ini ada buaya kuning yang ‘mengawal’ keberadaan masjid.

TELADAN

MUSLIMAH SEJATI


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.
Aamiin.([Swadaya-102007)

KISAH SUFI




Kehebatan Lelaki Sejati



"TUANKU, engkau bisa berjalan di atas air!" murid-muridnya berkata dengan penuh kekaguman kepada Bayazid Al-Busthami.
"Itu bukan apa-apa. Sepotong kayu juga boleh," Bayazid menjawab.
"Tapi engkau bisa juga terbang di angkasa?."
"Demikian juga burung-burung itu," tunjuk Bayazid ke langit.
"Engkau juga mampu bepergian ke Ka’bah dalam semalam?."
"Setiap pengelana yang kuat pun akan mampu pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam," jawab Bayazid.
"Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?" murid-muridnya ingin tahu.
"Lelaki sejati," jawab Bayazid, "adalah mereka yang mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Tuhan."Q




Pilihan yang Tepat



PADA suatu hari, Raja menaburkan wang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan berlomba untuk mendapatkan wang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda. Raja merasa amat kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu memperebutkan wang.
Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan wang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan wang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik wang taburan itu.
Mendengar jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia jadikan budak itu sebagai permaisurinya.
Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh Raja Harun dan mencela Raja yang mempersunting seorang budak hitam.
Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka.Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di negerinya. Ketika semua budak telah berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada masing-masing budak segelas berlian untuk dihancurkan.
Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata, Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!
Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya, Mengapa kau hancurkan gelas itu? Budak hitam menjawab, Aku lakukan hal ini karena perintahmu.
Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Khalifah. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah melanggar titah Khalifah. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila.
Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Khalifah. Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua. Mendengar jawaban yang singkat itu, semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu. Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Khalifah jatuh hati kepadanya.Q




MALU



Rasulullah SAW bersabda:
"Malulah kalian di hadapan Allah dengan malu yang sesungguhnya." Para sahabat berkata, "Kami, sudah merasa malu wahai Nabi Allah, dan segala puji bagiNya." Lalu beliau bersabda, "Itu bukan malu yang sesungguhnya. Orang yang hendak malu dengan sesungguhnya di hadapan Allah swt, hendaklah menjaga pikiran dan bisikan hatinya, menjaga perut dan apa yang dimakannya dan hendaklah ia mengingat mati serta fitnah kubur. Orang yang menghendaki akhirat hendaknya meninggalkan perihiasan duniawi. Orang yang melakukan semua ini berarti memiliki malu yang sesungguhnya di hadapan Allah." (HR. Tirmidzi dan Hakim).
Ada lima tanda celaka manusia: Hati yang keras; mata yang bengis; tidak ada rasa malu; hasrat terhadap dunia; dan lamunan yang tak terhingga. (Al-Fudhail bin ‘Iyadh).
HambaKu telah memperlakukan Aku dengan tidak adil. Ia berdoa kepadaKu dan Aku merasa malu jika tidak mengabulkan doanya. Tapi ia terus bermaksiat kepadaKu tanpa merasa malu kepadaKu. (Firman Allah dalam salah satu Kitab Allah)
Malu adalah mengerutnya hati manusia untuk mengagungkan kebesaran Allah.(Kata salah seorang sufi)
Ketika aku sholat dua rekaat, tiba-tiba aku mebatalkannya, karena aku merasa malu dihadapan Allah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.
(Abu Bakr al-Warraq) Q




KEBEBASAN





KEBEBASAN berarti sang hamba bebas dari belenggu sesama makhluk; bahwa kekuasaan makhluk tidak berlaku atas dirinya. Kebebasan yang benar, tandanya adalah tersingkirnya bentuk pembedaan dalam jiwanya, sehingga seluruh fenomena duniawi sama di hadapannya. (Abul Qasim al-Qusyairi).
Orang yang datang ke dunia ini dalam keadaan merdeka dan bebas, maka ia pun akan datang ke akhirat dengan bebas pula. (Abu Ali ad-Daqqaq)
"Tahukan Allah itu Maha Penyayang?" tanya seseorang kepada Abu Bakr asy-Syibli, "Tentu. Tetapi karena aku sudah tahu bahwa Allah Maha Penyayang, maka aku tidak pernah memohon kepada-Nya agar menyayangi-Ku. Dan tahap kebebasan sungguh mulia!". (Abu Bakr asy-Syibli)
Janganlah bersahabat kecuali dengan manusia-manusia yang mulia dan bebas. Sebab ia hanya mendengar, namun tidak banyak bicara." (Hikmah Sufi)
Engkau tidak akan menvcapai kebebasan sejati selama masih ada sisa-sisa duniawi dalam hakikat ubudiyahmu. (Al-Junaid al-Baghdady). Q




SAHABAT



SULTANUL Auliya Syekh Abul Hasan Asy-Syadzily berkata:
Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang mementingkan dirinya atas dirimu, karena hal itu tercela. Dan janganlah bersahabat dengan orang yang mementingkan dirimu dibanding dirinya, karena hal itu tidak langgeng. Bersahabatlah dengan orang yang apa bila menyebut, ia berdzikir kepada Allah. Allah mengganti dengan dzikir itu apabila mendapatkan kekosongan, dan Allah mecukupkan manakala ia mendapatkan penyaksian. Dzikirnya merupakan cahaya hati, dan penyaksiannya adalah kunci keghaiban. Hendaknya, tujuanmu adalah Allah, dan mencintai kematian bersama setiap kaum.
Engkau jangan memperpanjang angan-angan, dan jangan pula menyertai orang yang tidak memiliki sifat seperti itu. Jika engkau mensahabatinya janganlah meratap. Cegahlah pada awal langkah, dan lakukanlah dengan cara yang baik sepanjang bersahabat denganmu.
Bersahabat dengan Allah adalah melalui pengekangan syahwat dan keinginan-keinginan. Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah SWT. sementara pada dirinya masih disertai oleh syahwat dan keinginan-keinginan hasrat nafsunya. Q


Manajemen Kekayaan
ala Rasulullah SAW


Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.

MUHAMMAD SAW mempunyai keunikan tersendiri mengenai kekayaan. Pada kondisi-kondisi tertentu, beliau menjadi orang 'kaya'.
Dan pada kondisi-kondisi yang lain, menjadi orang 'miskin'. Pada saat-saat tertentu, beliau juga berada pada posisi antara keduanya.
Hal ini tidak terlepas dari figur beliau sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi semua lapisan masyarakat.Beliau pernah menjadi orang kaya agar orang-orang kaya di antara umatnya dapat mencontoh bagaimana Rasulullah SAW berinteraksi dengan harta. Misalnya, bagaimana cara memperoleh harta yang baik, mensyukuri kekayaan dan membelanjakannya di jalan yang benar.Sebaliknya, beliau juga pernah menjadi orang miskin agar dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang kekurangan. Misalnya, bagaimana cara bersabar dan menjaga kehormatan dalam kemiskinan, serta bagaimana keluar dari jeratan kemiskinan dengan cara yang baik pula.Begitu pula halnya ketika beliau berada pada posisi antara kaya dan miskin. Beliau mencontohkan bagaimana hidup bersahaja.
Tidak ada catatan yang lengkap menggambarkan berapa kekayaan yang dimiliki oleh Muhammad SAW, baik ketika sebelum menjadi seorang Rasul maupun dalam masa kenabian.
Di antara informasi tentang kekayaan Muhammad SAW sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkannya ketika menikahi Khadijah. Konon, Muhammad SAW menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Menurut satu riwayat, ditambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi ke mata uang kita sekarang.
Hal ini berarti Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar kertika beliau akan menikahi Khadijah. Kekayaan itu semakin bertambah setelah menikah, karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui perdagangan.
Demikian pula, tidak banyak catatan yang ditemukan tentang apa yang terjadi terhadap kekayaan Muhammad SAW yang telah dihasilkan sebelum menjadi seorang Rasul. Setelah menjadi seorang Rasul, Muhammad SAW lebih sibuk berdakwah daripada mengurusi perdagangan.
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa beliau tidak menyimpan kekayaan di rumah beliau. Menurut satu riwayat, barang-barang yang ditemui di rumah
Muhammad SAW hanya beberapa peralatan masak dan tikar untuk alas tidur.
Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Suatu ketika, datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya, sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, "Masuk Islamlah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi, dia seperti orang yang tidak takut miskin."Muhammad SAW juga pernah menerima 90.000 dirham, kemudian uang itu diletakkanya di atas tikar, lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Ketika kembali dari Perang Hunaiin, beliau disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata, "Letakkanlah uang itu di masjid." Dan jumlah uang itu yang terbanyak yang pernah diterimanya. Kemudian beliau shalat di masjid itu, tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai shalat, beliau duduk di dekat uang itu dan memberikannya kepada setiap orang yang memintanya. Kemudian baru beliau berdiri setelah uang itu habis.
Di samping dari ghanimah, sebagian harta yang dimiliki oleh Muhammad SAW berasal dari hadiah. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa salah satu ciri seorang Nabi dan Rasul adalah menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah.
Diceritakan bahwa ciri-ciri ini juga dipercaya oleh para pendeta Nashrani klasik. Alkisah, Salman Al-Farisi sebelum masuk Islam melakukan perjalanan yang panjang dalam rangka menemukan keislamannya. Salman tinggal dari satu pendeta Nashrani ke pendeta berikutnya. Sampai kemudian, pendeta terakhir yang ditumpanginya menyuruhnya mencari seseorang yang memiliki ciri-ciri kenabian. Di antara ciri kenabian itu adalah dia tidak menerima sedekah, tetapi mau menerima hadiah.
Setelah bertemu dengan Muhammad SAW, Salman memberi sesuatu yang dikatakannya sebagai sedekah. Muhammad SAW memberikan sedekah tersebut kepada para sahabat yang ada bersamanya waktu itu.Kemudian Salman memberikan sesuatu yang lain dan mengatakannya sebagai hadiah. Lalu Muhammad SAW pun menerimanya. Salman kemudian meyakini bahwa Muhammad SAW benar-benar seorang utusan Allah SWT.
Menjelang wafatnya, harta yang dimiliki Muhammad SAW semakin habis. Sepertinya Muhammad SAW berusaha agar ketika beliau wafat tidak ada lagi harta yang dimilikinya dan beliau tidak mempunyai utang.Diceritakan oleh Husain Haikal (2002), di hari-hari sakit yang membawa kepada wafatnya, Muhammad SAW memiliki harta tujuh dinar. Karena kawatir ketika meninggal harta itu masih di tangannya, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan. Tetapi karena kesibukan keluarganya merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit yang masih terus bertambah, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu.
Di hari Ahad sebelum hari wafatnya (Senin), beliau sadar kembali dari pingsannya dan bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?" Aisyah menjawab bahwa dinar itu masih ada di tangannya.
Kemudian dimintanya supaya dibawakan. Ketika uang itu sudah diletakkan di tangannya, Muhammad SAW berkata, "Bagaimana jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadapNya sedang ini masih di tangannya?" Kemudian semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir miskin di kalangan muslim.
Muhammad SAW meninggal dunia dengan tidak meninggalkan kekayaan duniawi kepada siapa pun. Ia pergi melepaskan dunia ini seperti ketika ia datang. Sebagai peninggalan, ia mewariskan Al-Qur'an dan sunnahnya akan dijadikan pedoman bagi umat manusia.
Ya, ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. (Ali bin Abi Talib)./Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.
Q


Santri Juga Diajar Bertani



SELAIN memperdalami ilmu agama Islam, Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnul Amin ini juga mengembangkan agribisnis. Santri juga diajari bertani.
Letak lahan pertanian tersebut di Desa Pamangkih Seberang Kec. Labuan Amas Utara. Lahan pertanian ini pernah dikunjungi Menteri Pertanian Anton Apriantono beberapa waktu lalu. Menteri Pertanian melihat langsung luasan lahan usaha agribisnis yang dikembangkan Ponpes Ibnul Amin Pamangkih serta melihat secara langsung kompleks pertanian para santri yang digarap secara swadaya . Saat itu Menteri Pertanian juga meresmikan Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat (LM3) serta Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bulanang Indah.
Menurut K.H. Muhtar Hs dalam pengembangannya sejak tahun 1994, LM3 Ponpes Ibnul Amin telah mampu mengembangkan kegiatan agrobisnis dan integrated farming. Usaha tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan SATYALENCANA WIRA KARYA dari presiden BJ. Habibie dan SBY pada tahun 1994 dan 2005.
Usaha agribisnis yang dikelola Ponpes Ibnul Amin Pamangkih berawal ketika sebagian besar santri yang dimilikinya tidak memiliki uang untuk melanjutkan pendidikan agama.
Di bagian lain H Muchtar juga menjelaskan, para santri di Ponpes Ibnul Amin hanya dimintai uang Rp 10.000 per bulan, tidak termasuk uang makan.
Maka untuk mendapatkan pendapatan, minimal untuk makan, para santri membuka lahan milik ponpes yang masih terbatas. Lahan tersebut dikembangkan dan dilanjutkan untuk dikelola sebagai salah satu usaha milik Ponpes Ibnul Amin Pamangkih.
Kini, setelah + 13 tahun dikelola, saat ini Desa Pamangkih Seberang yang dijadikan sebagai pusat usaha agribisnis mulai menjadi perkampungan.
Menteri Pertanian Anton Apriantono ketika berkunjung ke pamangkih dan meresmikan LM3 dan P4S menyebutkan telah menemukan bentuk lembaga mandiri mengakar pada masyarakat yang ideal, bahkan ia menetapkan LM3 Ponpes Ibnul Amin Pamangkih sebagai LM3 model.
"Setelah kami lihat, kami menemukan LM3 ideal, kami tetapkan LM3 ini sebagai LM3 model,"kata Menteri Pertanian Anton Apriantono.
Disebut sebagai LM3 model oleh pak Menteri , berarti ada tanggung jawab baru yang bakal dijalankan oleh pengurus LM3 ibnul amin Pamangkih, yakni siap menjadi rujukan LM3 di kalimantan Selatan bahkan secara nasional. Terlepas dari penetapan oleh Menteri sebagai LM3 model, kelebihan LM3 ibnul amin Pamangkih sudah dapat dirasakan oleh masyarakat setempat dengan lahirnya sekolah dasar islam dan panti asuhan. Q



Sang Guru


Tuan guru Haji Machfuz Amin bin Tuan Guru Haji Ramli demikian sebutan orang, beliau dilahirkan di desa Pamangkih pada tanggal 23 Rajab 1332 H (1914 M). Anak dari pasangan Tuan Guru H. Muhammad Ramli bin H. Amin dengan Hj. Sabariah binti H. Lima , punya saudara sembilan orang. Tuan Guru H. Machfuz seorang tokoh ulama dan juga seorang pejuang kemerdekaan , tidak mengenal lelah, seorang yang kharismatik patut dicontoh dan diteladani, tempat perjuangan beliau adalah Onder Distric Labuan Amas.
Beliau juga seorang pendiri dan pengasuh " Pondok Pesantren " IBNUL AMIN" Pamangkih HST. Pada zaman revolusi perang kemerdekaan RI, beliau bergabung bersama dengan pejuang lain, dibawah pimpinan Saberah Noor. Sebagai Rohaniawan dan juga pelopor penerangan perjuangan pada masyarakat melalui ceramah-ceramah di Langgar maupun di Mesjid di distrik Barabai menyampaikan arti penting perjuangan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan. H. Mahfuz di besarkan di lingkungan keluarga yang hidup dalam suasana keagamaan, orang tua beliau sangat disegani, mempunyai ilmu agama yang dalam yang di sebut Tuan Guru Besar, dalam pendidikan ditekankan disiplin waktu yang sangat ketat dan konsekwen dalam pengisiannya. H. Mahfuz dalam pendidikan formal menamatkan Volk School (SR) 3 tahun dan Vervolk School dua tahun, kemudian mengikuti pengajian agama yang diberikan orang tuanya. Umur 21 tahun beliau dicarikan istri bernama Siti Aminah, dari desa Pamangkih Seberang, tidak lama ia bercerai, kemudian dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Saudah binti H.Muhammad Arsyad di desa Kalibaru Batu Benawa.
Pada 9 September 1938 M beliau naik Haji dan mempelajari ilmu agama secara sungguh-sungguh, selama kurang lebih 3 Tahun. Kemudian beliau mendapat panggilan dari orang tua di kampung agar ia segera pulang .
Tanggal 28 April 1941 M, beliau meninggalkan kota Suci Mekkah menuju Indonesia, tanggal 8 Oktober 1941 tiba di desa Pemangkih dan mengibarkan semangat pendidikan, dan perjuangan.
Bulan Juli 1958 beliau mendirikan Pondok Pesantren "IBNU AMIN" yang berdiri sampai sekarang. Dalam pendidikan beliau menegakkan pada perilaku ikhlas yang kata beliau berkat dan manfaat dari Allah SWT.
Q




Dari Haul Ke 14 KH Mahfuz Amin, sekaligus Reuni Akbar 50 Tahun Ponpes Ibnul Amin Pamangkih Kalsel



PERINGATAN haul Ke 14 pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin di Desa Pamangkih Kecamatan Lau, KH Mahfuz Amin dihadiri sekitar 3000 jamaah, termasuk Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Arifin, Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) H Saiful Rasyid dan Wakil Bupati H Iriansyah, Bupati Tabalong H Rahman Ramsyi, anggota DPRD HST dan anggota DPRD Kalsel. Peringatan haul berlangsung khitmat. Alumni tak hanya datang dari Kalimantan, Jawa dan daerah lain di Indonesia, tapi juga dari Malaysia dan Brunai Darussalam.
Haulan ke 14 KH Mahfuz Amin ini juga dirangkai dengan reuni akbar 50 tahun Ibnul Amin Pamangkih.
Sebelum acara haul dimulai, dibacakan manakib atau sejarah singkat almarhum KH Mahfuz Amin oleh KH Sufian Sauri Lc. Di antara yang dikisahkan dalam manakib, yakni perjuangan KH Mahfuz Amin dalam melakukan syiar Islam, melalui pengembangan Ponpes Ibnul Amin.
Ponpes yang sudah berdiri sejak tahun 1958 telah berhasil mendidik santri dari berbagai kota di Indonesia ini. Alumnus dari santri ini juga telah tersebar di berbagai daerah dan mancanegara, menyebar di masyarakat mengembangkan syiar Islam.
Menurut pengasuh Ponpes Ibnul Amin H Muhtar HS, sepeninggal almarhum KH Mahfuz Amin, jumlah santri yang ‘mondok’ di Ponpes Ibnul Amin makin banyak. ‘’Saat ini saja ada sekitar 2500 santri. Santri tersebut dibagi dalam beberapa kelompok, yang tiap kelompoknya sekitar 25 orang,’’ kata KHMuhtar.
H Muhtar menjelaskan, untuk belajar agama di Ponpes Ibnul Amin tidak dibatasi usia. Artinya, yang tua pun bila ada keinginan silahkan. Saat ini Ponpes Ibnul Amin juga membuka pendidikan setingkat SD.
Selain ilmu agama, dilingkungan Ponpes juga dilakukan kegiatan sosial kema-syarakatan. Santri diajarkan bercocok tanam.
Acara dilanjutkan dengan pemukulan bedug sebanyak 50 kali, yang melambangkan usia ponpes yang sudah mencapai setengah abad. Pemukulan bedug dilakukan bergantian oleh Gubernur, Bupati serta pejabat dan undangan lainnya.
Selanjutnya acara diisi dengan tausiyah oleh Habib Ahmad Bin Muhammad Assegaf dari Surabaya. Habib Ahmad dalam ceramahnya di antaranya tentang keikhlasan yang sebenar-benarnya, terutama yang dilakukan oleh KH Mahfuz Amin hingga akhir hayatnya.
Kegigihan KH Mahfuz Amin dalam syiar Islam patut diteladani. Q


Ibnul Amin,’Anak yang
Bisa Dipercaya"


oleh : H. Akhmad Zailani



MENGUBAH tradisi sungguh tak mudah. Di tanah Kalimantan,sistem pengajaran agama Islam selalu dilakukan di sebuah Langgar (musholla).
Tradisi ini menurut KH Mahfudz Amin tidak efektif. Aktivitas ini berlangsung sampai tahun 1950-an. Pada 1957 akhirnya, sang Kyai mendidirikan Pondok Pesantren Ibnul Amin. Yang artinya ‘Anakyang bisa dipercaya’.
Pondok pesantren ini terletak di desa Pa mangkih, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Menempati areal pondok seluas 9,5 Hektare, Ponpes ini kini memiliki 2013 orang santri (1378 putera dan 635 puteri).
Dan ada 103 pengajar yang terdiri dari 83 ustadz dan 20 ustadzah. Salah satu tujuan sang kyai dalam mendirikan lembaga pendidikan pondok pesantren ini adalah dapat menghasilkangenerasi muda (santri) yang memiliki IMTAQ danberwawasan IPTEK.Mengubah sistem pengajaran cara-cara lama yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan IPTEK diperlukan keinginanyang kuat, juga dukungan sarana yang diperlukan dalamproses pembelajaran.
Untuk itu, kini telah dibangun 33 ruang belajar, satu ruang khusus komputer, serta dua buah aula serbaguna. Tidak hanya itu dibangun pula sarana pembelajaran lainnya. Yaitu laboratorium bahasa dan perpustakaan. Fasilitas lain adalah koperasi, wartel, pemancar radio, dan lapangan olahraga.Upaya dalam pendidikan di ponpes ini terus dikembangkan. Pengembangan sumberdaya manusia, khususnya para santri di ponpes ini tidak hanya dalam pendidikan saja.
Ponpes ini juga melakukan pe-ngembangan wiravusahaagar para santrinya memiliki sifat-sifat seorang wira-usaha.Sehingga mereka dapat me-ngembangkan potensi dirinya dalam memanfaatkan sumberdaya lokal. Q


MAKAM Syekh Muhammad Nafis


MAKAM Syekh Muhammad Nafis Al- Banjari terletak di Mahar Kuning Desa Binturu berjarak sekitar 5 Km dari Pasar Kelua Kabupaten Tabalong.
Sebagaimana dituturkan tetuha masyarakat di sekitar makam, dahulunya jalan menuju makam masih jalan setapak, namun banyak peziarah yang datang. Setelah direnovasi kubah makam Syekh Muhammad Nafis tahun 1993 oleh Majelis Taklim Salim Abbas, kemudian direhab total oleh Pemda Tabalong dengan diperluas hingga memiliki ruang majelis ta lim, ruang tinggu atau pendopo, musholla dan tempat parkir yang nyaman. Jalan yang dulu jalan setapak kini sudah diaspal.
Setelah rehab selesai, kumidian diadakan acara haulan tanggal 17 Juli 2000, yang dihadiri Bupati Tabalong H. Noor Aidi dan ulama dari berbagai daerah serta masyarakat luas yang diperkirakan mencapai sepuluh ribu orang lebih yang hadir dalam acara haulan tersebut.



Ajaran Beliau


KARENA keluasan dan ketinggian ilmu yang dimilikinya, serta kegigihan dalam berdakwah, di Pulau Sumatra oleh masyarakat setempat ia diberi gelar "Maulana Allamah Al Fahhamah Al Mursyid ilaa Thariq As Salamah As Syekh Muhammad Nafis ibn Idris ibn Husein Al Banjari (Tuan guru yang sangat alim yang luas pemahamannya yang menunjukkan ke jalan keselamatan Syekh muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al banjari).
Syekh Nafis menyebarkan ilmu yang diperolehnya dengan berkelana ke berbagai daerah, selain karena memang ketidaksenangan terhadap penjajah Belanda, yang ketika itu mulai kasak kusuk ke dalam Keraton Kerajaan Banjar. Karea keadaan yang demikian dia hanya sempat mengarang sedikit kitab, yakni Kanzus Sa.adah (Perbendaharaan Keuntungan) dan Ad-Durrun Nafis (Permata yang Indah). Kitab Ad-Durrun Nafis dikarang dan ditulis dan hanya untuk memenuhi permintaan kawan-kawannya, namun pada akhirnya banyak diminati dan tersebar luas ke pelosok Nusantara, bahkan sampai ke negara-negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara, seperti Mesir, Makkah, Madinah, Thailand, Malaysia dan negara-negaea Islam lainnya.
Disadari, tentu saja ada pula yang tak sependapat dengan ajaran Syekh Nafis. Syekh Nafis bukan saja sebagai seorang sufi, tapi juga seorang penganut dan penganjur jihad, yang merupakan ciri utama neo-sufisme (tasyawuf pemahaman baru). Karena itu pemerintah Belanda melarang masyarakat Indonesia membaca kitab Ad-Durrun Nafis, karena khawatir kitab tersebut dapat mendorong masyarakat untuk melakukan jihad melawan penjajah.
Menyadari bahaya yang akan timbul dan diakibatkan oleh pemahaman jihad yang tercantum dalam kitab tersebut, Belanda kemudian melancarkan siasat buruknya untuk membendung agar masyarakat jangan membaca kitab tersebut. Maka Belanda mengadakan proganda pengharaman untuk membaca dan mempelajari ajaran-ajaran tasyawuf yang terdapat dalam kitab tersebut. Belanda mengandeng ulama-ulama, yang tidak sepaham dengan ajaran tersebut. Maka diaturlah fatwa ulama yang mengatakan, bahwa mempelajari kitab ad-Durrun Nafis bisa membuat seseorang menjadi tersesat.
Syekh Muhammad Nafis Al Banjari, seperti kebanyakan ulama Melayu Indonedia lainnya, mengikuti mazhab Syafi’i pada fikih dan Asy’ariyah pada ilmu tauhid. Beliau juga mengabungkan diri dengan berbagai tarekat, yakni qadariyah, syaththiyah, sammaniyah, naqsyabandiyah dan khalwatiyah.
Sikapnya ini dapat dilihat pada bagian akhir tulisan dalam kitabnya Ad-Durrun Nafis. Beliau menuliskan :
Banjar Tempat Lahirnya
Makkah Tempat Diamnya
Syafi’i Mazhabnya (pada ilmu fiqih)
Asy’ari !’tikadnya (pada ilmu ushuluddin atau tauhid)
Jumaid Ikutannya (pada ilmu tsyawuf)
Qadariyah Tharikatnya
Syaththariyah Pakaianya
Naqsyabandiyah Amalannya
Khalwatiyyah Makannnya
Sammaniyyah Minumannya
Syekh Muhammad Nafis terkenal dengan kedalaman ilmu tasyawuf dan kehalusan batin dalam mengenal Allah SWT.
Kitab beliau dikenal sebagai kitab yang padat, yang kadang-kadang pelik dan sulit dalam ilmu tauhid, yang teranyam dalam ilmu tasyawuf, sehingga sebaiknya bagi orang yang ingin belajar dan memperdalam ajaran beliau, jangan mempelajari dan memahami sendiri. Perlu bimbingan dari guru yang mursyid, yang memahami, mengerti dan mengamalkan serta mempunyai ilmu yang dalam tentang ilmu tauhid dan ilmu tasyawuf.
Pokok-pokok ajaran Syekh Muhammad Nafis yang ada di dalam Ad-Durrun Nafis, di antaranya tentang perintang Sang Salik. Pada bagian awal diterangkan tentang berbagai hal yang merusak dan mencegah seseorang menuju ke jalan Allah SAW (salik) untuk sampai ke tujuan yang dimaksud sang salik. Perintang tersebut berasal dari diri pribadi sang salik, seperti kemalasan (kasl), yaitu keengganan melakukan peribadatan padahal kemampuan untuk melakukannya ada, kelemahan (futur), yaitu ketidak mampuan melakukan peribadatan karena disibukkan dan dikuasai duniawi, pembosan (malal), yaitu rasa jemu yang menghinggapi seseorang yang melakukan peribadatan sedang maksud yang ingin diraih belulah tercapai.
Perintang lain, yang mencegah salik untuk sampai kepada Tuhannya, seperti kesyirikan yang tersembunyi, yaitu yang menganggap sesuatu terjadi berasal dari makhluk jua, riya yaitu memperlihatkan peribadatan kepada orang lain dan menginginkan sesuatu yang lain dari Allah SAW untuk segala peribadatannya, sum’ah yaitu menceritakan peribadatan yang dilakukan secara ikhlas kepada makhluk demi mengharap agar dimuliakan, ‘Ujb yakni memperbanyak peribadatan, suatu ibadat yang dirasakannya berasal dari dirinya sendiri tanpa berasal dari anugrah Allah SAW, berhenti melakukan peribadatan karena telah sampai kepada Allah SAW, hijab yaitu dinding, yang artinya terlenanannya seseorang dengan peribadatan yang dilakukannya tanpa melihat bahwa semua itu merupakan nikmat Allah SAE. Banyak lagi ajaran-ajaran Syekh Nafis di dalam kitab Ad-Durrun Nafis. Q

DAYA SPRITUAL & Kewajiban Syari'at


TAK banyak karya yang ditinggalkannya Muhammad Nafis. Namun, karya-karyanya senantiasa menjadi rujukan, tak hanya bagi kaum muslim Nusantara, tapi juga mancanegara. Di antara kitabnya adalah al-Durr al-Nafs. Nama kitab "Durr Al-Nafis" sesungguhnya amatlah panjang. Lengkapnya, kitab yang ditulis di Makkah pada 1200/1785 ini: "Durr Al-Nafis fi Bayan Wahdat Al-Af’al Al-Asma’ wa Al-Shifat wa Al-Dzat Al-Taqdis". Kitab ini berkali-kali dicetak di Kairo oleh Dar Al-Thaba’ah (1347/1928) dan oleh Musthafa Al-Halabi (1362/1943), di Makkah oleh Mathba’at Al-Karim Al-Islamiyah (1323/1905), dan di berbagai tempat di Nusantara. Kitab ini menggunakan bahasa Jawi, sehingga dapat dibaca oleh orang-orang yang tidak faham bahasa Arab.
Seperti diungkapkan Azyumardi Azra, dalam kitabnya itu, Muhammad Nafis dengan sadar berusaha mendamaikan tradisi Al-Ghazali dan tradisi Ibn ‘Arabi. Dalam karyanya ini, di samping menggunakan ajaran-ajaran lisan dari para gurunya, Nafis merujuk pada karya-karya "Futuhat Al-Makkiyah" dan "Fusushl-Hikam" dari Ibn ‘Arabi, "Hikam" (Ibn Atha’illah), "Insan Al-Kamil" (Al-Jilli), "Ihya’ ‘Ulumiddin" dan "Minhaj Al-‘Abidin (Al-Ghazali), "Risalat Al-Qusyairiyyah" (Al-Qusyairi), "Jawahir wa Al-Durar" (Al-Sya’rani), "Mukhtashar Al-Tuhfat al-Mursalah" (‘Abdullah bin Ibrahim Al-Murghani), dan "Manhat Al-Muhaammadiyah" karya Al-Sammani.
Kitab itu membicarakan sufisme dan tauhid, menjelaskan maqam-maqam perjalanan (suluk) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al-Durr al-Nafs ditulis atas permintaan sahabat-sahabatnya ketika berada di Mekkah. Menurut penuturannya, ia menulis kitab itu untuk menyelamatkan para salik (perambah jalan Tuhan) dari syirik khafi dan penyakit riya’ yang umum menghinggapi umat muslim. Kitab itu ditulis dalam bahasa Melayu Arab untuk memudahkan umat membaca dan memahaminya. Karena mutu dan ajarannya yang tinggi, kitab itu dicetak berkali-kali, baik di dalam maupun luar negeri.
Sebagai penganjur aktivisme-sufistik, kontribusi Muhammad Nafis al-Banjari dalam membangun Islam di Banjar sangatlah besar. Tak aneh kalau kemudian ia diberi gelar Maulana al-Allamah al-Fahhamah al-Mursyid ila Tariq as-Salamah (Yang mulia, berilmu tinggi, terhormat, pembimbing ke jalan kebenaran) sebagai bentuk penghormat-an masyarakat atas jasa-jasanya. Menimbang pencapaian dan prestasinya, gelar itu memang tak berlebihan baginya.
Bagi generasi muda masa kini, kita berharap saatnya untuk mengenang kembali, kemudian menghargai dan meneruskan cita-cita dan perjuangan Muhammad Nafis al-Banjari dalam konteks kekinian. Selain itu, menelusuri jejak-jejak sejarah beliau mampu merekatkan kembali jalinan psikologis dan spiritual dari sang ulama tersebut. Dari peran beliau kita dapat mengetahui akar-akar pemikiran, akar-akar perjuangan, serta pengaruh yang muncul dalam fenomena kebangsaan kita. Sehingga paparan ini dapat memberikan gambaran utuh mata rantai perjuangan tokoh-tokoh Islam dulu, kini dan esok.
Gambaran tersebut akan sangat berarti bagi individu-individu yang ingin mempelajari dan menelaah kembali jaringan ulama Kalimantan yang mempersembahkan dedikasi dan loyalitasnya untuk pembangunan bangsa.
Q
Islamisasi di Kalimantan


BERBEDA dengan Muhammad Arsyad yang menjadi perintis pusat pendidikan Islam, Muhammad Nafis mencemplungkan dirinya dalam usaha penyebar-luasan Islam di wilayah pedalaman Kalimantan. Dia memerankan dirinya sebagai ulama sufi kelana yang khas, keluar-masuk hutan me-nyebarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Dan oleh karena itu beliau memainkan peranan penting dalam mengembangkan Islam di Kalimantan.
Islam masuk Kalimantan Selatan lebih belakangan ketimbang misalnya, Sumatera Utara dan Aceh. Seperti diungkapkan Azra, diperkirakan pada awal abad ke-16 sudah ada sejumlah muslim di sini, tetapi Islam baru mencapai momentumnya setelah pasukan Kesultanan Demak datang ke Banjarmasin untuk membantu Pangeran Samudra dalam perjuangannya melawan kalangan elite di Kerajaan Daha.
Setelah kemenangannya, Pangeran Samudra beralih memeluk Islam pada sekitar tahun 936/1526, dan diangkat sebagai sultan pertama di Kesultanan Banjar. Dia diberi gelar Sultan Suriansyah atau Surian Allah oleh seorang da’i Arab.
Dengan berdirinya Kesultanan Banjar, otomatis Islam dianggap sebagai agama resmi negara.
Namun demikian, kaum muslimin hanya merupakan kelompok minoritas di kalangan penduduk. Para pemeluk Islam, umumnya hanya terbatas pada orang-orang Melayu.
Islam hanya mampu masuk secara sangat perlahan di kalangan suku Dayak. Bahkan di kalangan kaum Muslim Melayu, kepatuhan kepada ajaran Islam boleh dibilang minim dan tidak lebih dari sekadar pengucapan dua kalimah syahadat.
Di bawah para sultan yang turun-temurun hingga masa Muhammad Arsyad dan Muhammad Nafis, tidak ada upaya yang serius dari kalangan istana untuk menyebarluaskan Islam secara intensif di kalangan penduduk Kalimantan.
Karena itu, tidak berlebih jika Muhammad Nafis dan terlebih Muhammad Arsyad Al-Banjari merupakan tokoh penting dalam proses Islamisasi lebih lanjut di Kalimantan. Dua orang ini pula yang memperkenalkan gagasan-gagasan keagamaan baru di Kalimantan Selatan.Q

Muhammad Nafis al-Banjari

(Ulama Sufi Penyebar islam dari Banjar)


DALAM deretan ulama Banjar, nama Muhammad Nafis al-Banjari tak kalah masyhur dibanding Muhammad Arsyad al-Banjari. Kalau Muhammad Arsyad dikenal sebagai ahli syariat, maka Muhammad Nafis dikenal sebagai pakar ilmu kalam dan tasawuf. Dengan keilmuannya, ia berhasil menorehkan prestasi sebagai salah seorang ulama terkemuka Nusantara.
Dialah pengarang "Durr Al-Nafis", kitab berbahasa Jawi yang dicetak berulang-ulang di Timur Tengah dan Nusantara, yang masih dibaca sampai sekarang. Dia berada dalam urutan kedua setelah Muhammad Arsyad Al-Banjari dari segi pengaruhnya atas kaum muslimin di Kalimantan. Apa yang yang harus dilakukan kaum muslimin agar memperoleh kemajuan dalam hidup? Mengapa Belanda melarang kitabnya beredar di Indonesia?
Syeikh Muhammad Nafis Al-Banjari bin Idris bin Husien, lahir sekitar tahun 1148 H./1735 M.,di Kota Martapura Kalimantan Selatan, dari keluarga bangsawan atau kesultanan Banjar, silsilah dan keturunanya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M.) Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam sebelumnya bernama Pangeran Samudera.
Silsilah lengkapnya adalah: Muhammad Nafis bin Idris bin Husien bin Ratu Kasuma Yoeda bin Pangeran Kesuma Negara bin Pangeran Dipati bin Sultan Tahlillah bin Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah. Muhammad Nafis hidup pada periode sama dengan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Jika Arsyad meninggal tahun 1227/1812, Nafis belum diketahui tahun wafatnya. Yang kita ketahui, peristira-hatan terakhir beliau di Mahar Kuning Desa Bintaru, sekarang menjadi bagian Kelua Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan, sekitar 125 kilometer dari Banjarmasin. Tidak ada catatan pasti tahun pergi menuntut ilmu ke tanah suci Makkah. Diperkirakan ia pergi menimba ilmu pada usia dini sangat muda, sesudah mendapat pendidikan dasar-dasar agama Islam di kota kelahirannya Martapura.
Sebagian ahli berpendapat, masa belajar Muhammad Nafis tak jauh dari masa Muhammad Arsyad al-Banjari. Bahkan, para masyasyikh-nya juga ke-banyakan sama, yakni Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Madani, Muhammad al-Jauhari, Abdullah bin Hijazi al-Syarqawi al-Mishry (syekh al-Azhar sejak 1207 H/ 1794 M), Muhammad Shiddiq bin Umar Khan (murid al-Sammani) dan Abdurrahman bin Abdul Aziz al-Maghribi.
Dari para gurunya itu, Muhammad Nafis banyak belajar tasawuf. Sekian lama ia mematangkan pengetahuan dan lelaku tasawufnya sampai ia diberi gelar kehormatan "Syekh Mursyid." Dengan gelar itu, ia beroleh ijazah untuk mengajarkan dan membimbing ilmu tasawuf kepada orang lain. Pencapaian itu tentunya tak mudah dan instan, tapi membutuhkan waktu latihan dan perenungan yang sangat lama.
Sekian lama berada di Mekkah, ia akhirnya kembali ke Nusantara, diperkirakan pada 1210 H/1795. Saat itu, yang memerintah di Banjar adalah Sultan Tahmidillah (Raja Islam Banjar XVI, 1778-1808 M). Tapi, karena Nafis tak suka dekat dengan kekuasaan, ia memilih meninggalkan Banjar dan berhijrah ke Pakulat, Kelua, sebuah daerah yang terletak sekitar 125 km dari Banjarmasin. Alasan lain adalah perkembangan Islam di daerah sekitar Martapura dan Banjar sudah ditangani oleh Syekh Muhammad Arsyad.
Sedang daerah Kelua, termasuk daerah pedalaman, masih belum terjangkau oleh dakwah Islamiyah ulama Banjar. Dengan gigih, Muhammad Nafis mengenalkan Islam di sana. Berkat kegigihannya, daerah itu kemudian menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Juga menjadi daerah yang turut melahirkan para pejuang anti-Belanda.
Dalam berdakwah, Muhammad Nafis dikenal sebagai sosok pengembang tasawuf yang andal. Meski di Banjar saat itu terjadi pertentangan antara kubu Muhammad Arsyad dengan Syekh Abdul Hamid Abulung yang didakwa sebagai pengembang wujudiyyah, dakwah tasawuf ala Muhammad Nafis berlang-sung dengan lancar dan damai. Ini tak lepas dari corak tasawuf yang diusung-nya, yakni "merukunkan" tasawuf sunni dan falsafi yang diposisikan secara diametral.
Ia juga tampak tak terikat dengan satu tarekat secara total. Shingga, menurut pengakuannya sendiri, ia adalah pengikut tarekat Qadariyah, Syathariyah, Naqsa-bandiyah, Khalwatiyah, dan Sammaniyah. Keikutsertaan Muhammad Nafis dalam ragam tarekat Mu’tabarah itu seolah menunjukkan bahwa suluk menuju Tuhan bisa dilakukan lewat berbagai jalan, tak hanya mengandalkan satu jalan saja. Juga menunjukkan betapa pengetahuan tasawuf Muhammad Nafis sangatlah mendalam.
Ciri khas ajaran tasawuf Muhammad Nafis adalah semangat aktivisme yang kuat, bukan sikap pasrah. Ia dengan gamblang menekankan transendensi mutlak dan keesaan Tuhan sembari menolak determinisme fatalistik yang ber-tentangan dengan kehendak bebas. Menurutnya, kaum muslim harus aktif berjuang mencapai kehidupan yang lebih baik, bukan hanya berdiam diri dan pasrah pada nasib.
Sebab itulah, ajaran tasawuf ala Muhammad Nafis turut membangkitkan semangat masyarakat Banjar untuk berjuang lepas dari penjajah. Malah, konon, setelah membaca kitab karangannya, orang menjadi tak takut mati. Situasi ini jelas membahayakan Belanda karena akan mengobarkan jihad. Tak heran kalau kemudian berbagai intrik dilakukan oleh Belanda untuk menghentikan ajaran Muhammad Nafis, mulai dari kontroversi ajaran sampai pelarangan. Namun, dakwah Muhammad Nafis terus berlanjut sampai ia wafat.Qalam

TOKOH SAMARINDA

KH. Abul Hasan

oleh : H. Akhmad Zailani

BAGI warga Samarinda khususnya, pasti kenal jalan KH. Abul Hasan, yang berada di pusat kota. Namun sedikit sekali yang tahu, siapa sih KH Abul Hasan itu? Kiai Abul Hasan itu dulunya lama menetap di Samarinda. Samarinda--yang kini lebih dikenal Samarinda kota--yang didirikan oleh orang Banjar (Samarinda Seberang oleh orang Bugis). Peran dan pengaruh ulama-ulama ini terhadap perkembangan atau terbentuknya Samarinda kota sangat besar. Memang, di Samarinda banyak sekali ulama, selain KH Abul Hasan, juga ada KH Khalik, KH Jafar Sabran, KH Abdullah Marisi, KH Abdur Rasyid, KH Abdul Galib Karim, KH Ahmad Yusran, KH Muchlis, KH Zainal (bergelar Mas Temenunggung, ayah dari KH Muhammad Khalik) dan banyak lagi ulama-ulama terkenal lainnya yang bermukim yang sekarang di Samarinda kota. Jauh sebelum keberadaan para ulama tersebut, orang Banjar-sejak Kerajaan Banjar, telah bermukim dan mendirikan wilayah yang dikenal Samarinda kota sekarang ini. Para perantau dari Banjar umumnya bermukim di sekitar Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam, dekat masjid Raya sekarang. Orang Banjar inilah dulunya yang mendirikan Samarinda, yang kini termasuk wilayah Samarinda kota.
Kembali ke kiai Abul Hasan. Beliau dilahirkan pada tahun 1858 di Sungai Durian, Amuntai Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Pada masa mudanya, ia rajin mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di kota Amuntai (pada masa itu madrasah belum didirikan). Pada usia 23 tahun, ia bersama kedua orang tuanya pergi ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Mekkah, ia berhijrah ke daerah hulu kutai dan menetap di Muara Kedang/Bongan.
Di tempat tinggalnya yang baru, selain mengadakan pengajian-pengajian, baik di rumahnya atau pun di tempat-tempat lainnya seperti langgar, masjid dan majelis-majelis taklim, ia juga pandai dan ahli dalam bercocok tanam dan berkebun, kemudian hasilnya ia jual dari Bongan ke kota Samarinda.
Pada tahun 1920 ia pindah ke Kota Samarinda, dan menetap di Gang Haji, pengajian-pengajian juga tetap dilakukan, tidak saja di ibukota Samarinda, tetapi juga hingga sampai Muara Badak Kutai Kartanegara. Di Muara Badak ia juga mempunyai banyak tanaman pohon kelapa dan tanaman lada. Sehingga sambil berdakwah ia juga selalu berusaha bercocok tanam untuk menghidupi keperluan keluarganya.
Dalam waktu yang singkat ia telah dipercaya menjadi pembantu terdekat (asisten pribadi) dari KH Abdul Khalid, sehingga pada tahun 1924 M, ketika penggantian penghulu, KH Abdul Hasan diangkat sebagai penghulu ketiga dan sekaligus qadhi pada laandrad kota Samarinda menggantikan jabatan KH Abdul Khalid (penghulu kedua).
Pada tahun 1926 M, atas prakarsanya dan dibantu oleh KH Abdullah Marisi ia mendirikan Masrasah Ahlusunnah School, yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Selama enam tahun ia menjabat penghulu dan qadhi untuk wilayah Samarinda, ia kemudia tergerak hatinya untk menambah dan memperdalam ilmu yang telah ia miliki ke tanah suci Mekkah. Sehingga pada tahun 1930 ia bersama seluruh keluarganya berangkat ke Tanah Suci Mekkah untuk berhaji sekaligus menuntut ilmu. Sebelum ia berangkat untuk menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu pengetahuan ke tanah suci Mekkah, ia menyarankan kepada pemerintah yang berkuasa saat itu, agar jabatan penghulu dan qadhi dapat diserahkan kepada KH Abdullah Marisi, dan ternyata pemerintah pun menyetujuinya. Akhirnya jabatan penghulu yang keempat diserahkan kepada KH Abdullah Marisie.
Pada tahun 1931, Samarinda mengalami musibah kebakaran besar, maka mengetahui hal ini ia kemudian pulang ke tanah air untuk menjenguk keluarga yang terkena musibah tersebut. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1934, ia kembali lagi ke tanah suci Mekkah, untuk menunaikan ibadah haji dan meneruskan menggali ilmu ke sumbernya. Setibanya di Mekkah, ia menderita sakit, dan juga karena usianya terlalu tua, maka beliau wafat di Mekkah, dalam usia sekitar 85 tahun. Seluruh keluarga kembali ke tanah air, sedangkan puetranya Haji Abdurasyid tetap meneruskan belajarnya memperdalam ilmu agama. Q

Ya Rasululah Kami Rindu Ingin Berjuang Sepertimu

CANDA RASULULLAH

DI tengah kesibukan mengurusi ummat, perang, keluarga, dan masalah-masalah duniawi, Rasulullah selalu memberi dan menakar sesuatu
sesuai dengan haknya. Beliau memberikan anak kecil haknya untuk disayang dan dimanja. Beliau bermain dan bercanda bersama mereka, membuat mereka ceria dan senang.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Mereka (anak-anak itu) berkata, "Ya
Rasulullah, mengapa engkau bercanda dengan kami?"
Dijawab oleh Rasulullah, "Ya. Akan tetapi aku selalu berkata benar, walau dalam senda gurau." (HR. Ahmad).
Di antara canda beliau, adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwa beliau memanggilnya dengan, "Wahai orang yang berkuping dua." (HR. Abu Dawud).
Seorang anak kecil yang bernama Abu Umair adalah anak Ummi Sulaim yang
sering diajak bercanda oleh Rasulullah. Suatu hari, anak itu kelihatan bersedih karena burung pipitnya mati. Lalu Rasulullah berkata, "Hai Abu
Umair, apa yang dilakukan burung pipitmu?" (Muttafaq 'Alaih).
Ada juga senda gurau beliau dengan orang dewasa. Seorang Badui (yang sudah dewasa) bernama Zahir bin Hiram sedang menjual dagangannya. Dia termasuk lelaki yang buruk rupanya.
Lalu Rasulullah memeluknya dari arah belakang dan menutup matanya dengan telapak tangannya, tentu dengan maksud bercanda, sehingga Zahir berteriak, "Lepaskan aku! Siapa ini?" Setelah mengetahui yang mendekapnya adalah Rasulullah, dia merapatkan dadanya ke dada Rasulullah dan beliau masih saja mencandainya, "Siapa yang mau beli budak (seperti kamu) ini?" Zahir berkata, "Ya Rasulullah, kalau begitu aku tidak laku." Jawab Nabi, "Ya, kamu di sisi Allah mahal harganya." (HR. Ahmad).
Namun, walaupun Rasulullah sering bercanda, beliau tidak pernah tertawa
terbahak-bahak. Bila ada hal yang lucu, beliau hanya tersenyum. Seperti
yang di katakana Aisyah, "Aku belum pernah melihat Rasulullah tertawa
lebar, sampai gusinya kelihatan. Tapi beliau cukup tersenyum." (Muttafaq
'Alaih).
Akan tetapi, wajah Rasulullah yang ceria dan murah senyum itu akan berubah merah padam, bila melihat kemungkaran atau hak-hak Allah diinjak-injak dan dihina.
Aisyah menceritakan, Waktu datang dari bepergian, tiba-tiba Rasulullah melihat tabir di serambi kamarku yang bergambar patung, wajahnya tiba-tiba merah karena marah dan segera melepasnya sambil berkata, "Wahai Aisyah! Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya di hari kiamat adalah orang yang membuat sesuatu menyerupai ciptaan Allah."
(Muttafaq 'Alaih)./Abu Luthfi Ar-Rasyid
Referensi : Sehari di Rumah Rasulullah SAW. Qalam

dari REDAKSI





Tentang Qalam


oleh : H. akhmad zailani
Aktivis Wartawan


Assalammualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah kita masih diberi kesempatan hidup, sehingga masih bisa merasakan segala macam nikmat-Nya. Selain mengingatkan kepada diri saya sendiri, kita memang seharusnya patut bersyukur kepada Allah SWT.
Seperti niat awal, dilahirkannya media ini untuk mengembangkan syiar Islam, melalui media. Kami berharap, ada manfaat kebaikan yang bisa dipetik setelah membaca tabloid Qalam ini.
Kegembiraan yang tak ternilai dengan uang bagi kami adalah : andai seribu orang jamaah Qalam yang memahami, dan ada di antaranya yang terketuk hatinya, sehingga lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan berbagai kebaikan lainnya, yang bukan saja untuk diri pribadi tapi orang banyak. Itulah harapan kami.
Kami juga mohon maaf, tabloid Qalam sering terlambat terbit. Itu karena kesibukan kami dengan pekerjaan lain.
Seperti edisi-edisi sebelumnya, edisi kali ini kami menulis tentang Syeikh Muhammad Nafis. Rencananya puluhan edisi ke depan, kami masih akan menulis dan memajang foto ulama-ulama terkenal di Kalimantan lainnya di halaman depan.
Kami juga mengharapkan, bila kalian punya tulisan beserta foto-foto ulama atau yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan, silahkan kirimkan ke redaksi tabloid Qalam Jalan Sentosa Dalam 3 No. 32 Samarinda-Kalimantan Timur. Bila tulisan Anda dimuat, maka akan mendapat imbalan yang dari kami.
Kami lebih mengutamakan tulisan tentang kegiatan keagamaan di wilayah Kalimantan.
Selain itu, bila kalian memiliki naskah tulisan yang bersifat keagamaan di Kalimantan, terutama tulisan tentang ulama Kalimantan dan belum pernah diterbitkan sebelumnya, maka kami dengan sukarela akan menerbitkannya menjadi buku. Ini tentu saja juga akan ada imbalan yang sepantasnya.
Ke depan, kami masih berharap dukungan pembaca, agar tabloid Qalam bisa lebih baik lagi, sesuai yang diharapkan. Terima kasih.
Wasallammu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Q

Senin, 16 Maret 2009

Himmah

SINGKIRKAN SETAN-SETANMU

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Rasulullah Saw.bersabda:
"Singkirkan syetan-syetanmu dengan ucapan Laailaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah, karena syetan itu diikat dengan kalimat itu sebagaimana kalian memembebani derita untanya dengan banyaknya tumpangan dan beban-beban yang dipikulnya."
Singkirkan syetan-syetanmu dengan ikhlas dalam ucapan Laailaaha Illallah, bukan sekadar ucapan verbal. Karena tauhid itu membakar syetan Jin dan syetan manusia, karena tauhid adalah neraka bagi syetan dan cahaya bagi orang yang manunggal (tauhid) pada Allah. Bagaimana anda mengucapkan Laailaaha Illallah sedangkan dalam hati anda banyak Tuhan?
Segala sesuatu yang anda jadikan pegangan dan anda andalkan selain Allah, maka sesuatu itu adalah berhala anda. Tauhid verbal (ucapan) tidak ada artinya jika qalbu anda musyrik. Tidak ada artinya menyucikan fisik sedangkan hati tetap najis.
Orang bertauhid itu menepiskan syetannya, sedangkan orang musyrik malah diperdaya oleh syetannya. Ikhlas adalah isi dari ucapan dan perbuatan, karena tanpa keikhlasan ucapan hanyalah kulit belaka, tanpa isi, yang tidak layak melainkan neraka belaka. Dengarkan ucapanku dan amalkan, karena mengamalkannya bisa mematikan neraka tamakmu dan menghancurkan duri nafsumu. Janganlah anda datangi suatu tempat yang bisa mengobarkan api watakmu yang bisa merobohkan rumah agama dan imanmu, dimana watak nafsu dan syetan berkobar lalu menghapus agama, iman dan yaqinmu. Karena itu jangan anda dengarkan ucapan mereka yang munafik yang penuh dengan kepura-puraan penuh dengan retorika keindahan. Nafsu itu senang dengan gaya seperti itu, seperti adonan roti yang masih mentah tanpa garam yang malah bisa merusak perut dan membuat hancur se-isi rumah.
Pengetahuan itu diambil dari ucapan para tokoh. Diantara para tokoh itu ada tokohnya Allah Azza wa-Jalla. Mereka adalah kaum Muttaqin, yang hatinya meninggalkan dunia, yang menjadi pewaris, dan yang ahli ma’rifat, mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Dan segalanya tanpa ketaqwaan hanyalah sia-sia dan batil.
Kewalian itu hanya bagi orang yang taqwa di dunia dan di akhirat. Seluruh fondasi dan bangunan, dunia dan akhirat dari jiwa mereka. Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hambaNya yang taqwa dan berbuat kebajikan, yang sabar. Manakala anda punya intuisi yang benar, pasti anda akan mengenal mereka, mencintai mereka dan mensahabati mereka.
Intuisi itu benar manakala dicahayai oleh kema’rifatan kepada Allah dalam hati. Karena itu jangan berpijak pada intuisi-mu jika belum ditimbang dengan ma’rifatullah Azza wa-Jalla, hingga jelas benar informasi mengenai kebenaran dan kebajikan.
Tutuplah matamu dari perkara yang haram, dan kendalikan dirimu dari syahwat, lalu kembalikan dirimu pada makanan yang halal, serta jagalah batinmu dengan muroqobah kepada Allah Azza-Wajalla, lahiriyahmu mengikuti jejak Sunnah Nabi saw. Maka intuisimu akan benar dan layak, benar pula ma’rifatmu kepada Allah Azza wa-Jalla Akal
dan hatimu anda didik. Sedangkan watak dan nafsu serta kebiasaan sehari-hari yang buruk, tidak bisa dididik dan tidak ada kemuliaannya.
Anak-anak sekalian…Belajarlah dan ikhlaslah, hingga anda bersih dari duri kemunafikan, lalu ikatlah. Carilah ilmu karena Allah Azza wa-Jalla, bukan demi kepentingan makhluk dan dunia.
Tanda anda mencari ilmu karena Allah Azza-wa-Jalla, adalah rasa takut dan gentarmu dari Allah ketika perintah dan laranganNya tiba, dan anda sangat fokus di sana, merasa hina di hadapanNya, tawadlu terhadap sesama namun tanpa kepentingan pada mereka, sama sekali tidak berharap dari apa yang menjadi milik mereka.
Anda malah harus bersedekah karena Allah Azza wa-Jalla dan konsisten. Karena shadaqah yang diberikan bukan karena Allah Azza-wa-Jalla adalah musuh, dan berpijak pada tindakan seperti itu akan musnah. Pemberian yang motivasinya bukan karena Allah adalah kegagalan.
Nabi Saw, bersabda:
"Iman ini ada dua bagian; sebagian sabar dan sebagian lagi syukur."
(Hr. As-Suyuthy dari Anas ra)
Bila anda tidak sabar atas derita, tidak syukur atas nikmat, maka anda belum beriman. Karena hakikat Islam adalah Istyislam (pasrah diri total pada Allah).
Ya Allah hidupkan hati kami dengan tawakkal kepadaMu, dengan taat dan dzikir hanya bagiMu, dengan berserasi padaMu, dengan Tauhid hanya bagiMu.
Kalau bukan karena tokoh-tokoh Allah di muka bumi yang ada di hatimu, pastilah sudah hancur kalian semua. Sebab Allah azza wa-Jalla mengalihkan adzabNya, karena doa mereka itu. Rupa Nabi memang sudah tiada, namun maknanya senantiasa abadi sampai kiamat. Bila tidak, bagaimana mungkin senantiasa ada 40 tokoh Ilahi yang senantiasa muncul di muka bumi? Dimana hati mereka ada makna-makna nubuwwah, hatinya seperti satu hati dari para Nabi. Diantara mereka ada Khalifah Allah dan rasul-rasulNya di muka bumi, yaitu para Ulama yang menggantikan sebagai pewaris Nabi.
Nabi Saw; bersabda:
"Para Ulama adalah pewaris para Nabi." (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Abu Dawud, dan Ibnu Hajar).
Merekalah pewaris, penjaga, baik tindakan maupun ucapan. Karena ucapan tanpa tindakan sama sekali tidak menyamainya, dan itu hanya pengakuan-pengakuan belaka tanpa bukti, sama sekali tidak sama
(tidak berhak menyandang pewaris).
Anak-anak sekalian, aku jelaskan agar kalian memegang teguh Kitab dan Sunnah serta mengamalkan keduanya, ikhlas dalam beramal.
Aku melihat Ulama-ulama kalian bodoh-bodoh. Yang anda anggap zuhud malah memburu dunia, berserah diri pada makhluk, namun alpa pada Al-Khaliq Azza wa-Jalla. Percaya pada selain Allah Azza wa-Jalla adalah penyebab laknat. Nabi saw, bersabda:
"Dilaknati! Dilaknati! Makhluk yang kepercayaannya pada makhluk sesamanya".
Sabdanya pula:
"Siapa yang menggantungkan rasa butuhnya pada makhluk maka dia menjadi hina."
Sungguh! Bila anda keluar dari makhluk maka anda akan bersama Sang Khaliq Azza wa-Jalla, Dia Yang Maha Tahu apa yang membahagiakanmu dan mencelakakanmu. Bedakan apa yang membahagiakan bagimu dan apa yang bagi orang lain.
Hendaknya anda tetap teguh dengan langgeng di pintuNya Azza wa-Jalla, dan memutuskan dunia dari hatimu, maka anda bakal menemukan kebajikan dunia dan akhirat. Dan hal demikian tidak bisa sempurna, ketika makhluk dan riya’ ada di hatimu, yang lain dan segala selain Allah Azza wa-Jalla tetap di hatimu, maka tak bisa dinilai sedikit pun hati anda.
Jika anda tidak sabar anda tidak bisa beragama, tidak ada modal bagi iman anda.
Nabi saw, bersabda:
"Sabar itu bagian dari iman, seperti kepala bagi fisik tubuh"
(H.r. Al-Hindy dan al-Iraqy).
Makna sabar, berarti anda tidak pernah mengeluh, tidak bergantung pada sebab akibat dunia, dan tidak membenci cobaan, juga tidak senang hilangnya cobaan. Seorang hamba ketika tawadlu karena Allah Azza wa-Jalla saat fakir dan sangat butuh, dan ia sabar bersamaNya untuk mengikuti kehendakNya, tidak tidak congkak dengan sifat-sifatnya, lalu meraih pencerahan dalam ibadah di tengah kegelapan, berusaha dengan pandangan mata kasih sayang, maka Allah akan mencukupinya dan keluarganya dengan kecukupan tiada terduka.
Allah swt berfirman:
"Siapa yang bertaqwa kepada Allah maka bakal diberi jalan keluar, dan diberi rizki yang tak terhingga." (Ath-Thalaq 2).
Anda ini seperti tukang bekam yang mengeluarkan penyakit orang lain, sedangkan dirimu penuh penyakit yang tak bisa anda keluarkan. Saya melihat anda semua sepertinya bertambah ilmunya secara lahiriyah, namun secara batin malah tampak tolol.
Dalam kitab Taurat disebutkan: "Siapa yang bertambah ilmunya, maka bertambahlah sedihnya."
Sedih apakah itu? Sedih karena takut kepada Allah dan rasa hina di hadapanNya maupun merasa hina dibanding hambaNya. Carilah ilmu, manakala anda tidak berilmu. Jika anda berilmu tapi anda tidak mengamalkan, dan tidak ikhlas mengamalkannya, tidak punya adab dan husnudzon kepada para Syeikh, bagaimana akan datang pengetahuan padamu? Hasratmu malah dunia, dalam sekejap dunia akan menjadi hambatan besar antara dirimu.
Dimana posisimu diantara para hamba Allah yang hasratnya hanya satu, muroqobah kepada Allah dalam jiwanya sebagaimana mereka menjaga badannya. Mereka membersihkan qalbunya, sampai paripurna, hingga hasratnya terkekang dengan sendirinya. Di hatinya tidak ada lagi hasrat, kalau toh pun masih ada hasrat, maka hasrat itu adalah menuju Allah Azza-wa-Jalla, mendekat kepadaNya, dan mencintaiNya saja.
Ada kisah Bani Israil yang ditimpa musibah dahsyat. Lalu mereka berkumpul menemui salah satu Nabi mereka. Mereka mengatakan, "Berilah kami berita apa yang diridloi oleh Allah Azza wa-Jalla, hingga kami bisa mengikutiNya, dan menjadi penyebab hilangnya cobaan ini dari kami."
Lalu sang Nabi itu memohon kepada Allah Azza-waJalla. Maka Allah Azza wa-Jalla memberikan wahyu padanya, "Katakan pada mereka, "Jika kalian hendak meraih RidloKu, maka ridlolah pada orang-orang miskin. Jika kalian ridlo pada mereka maka Aku pun ridlo. Namun jika kalian membenci mereka, Aku pun benci padamu…"
Hai dengarkan orang-orang berakal. Kalian semua terus menerus nmembenci orang-orang miskin, sementara kalian menginginkan ridlo Allah Azza
wa-Jalla. Apa yang kalian dapat dari ridlo-Nya? Bahkan anda terbalik-balik dalam kebencian Allah Ta’ala. Pegang teguh atas ucapanku yang keras ini, kalian pasti bahagia.
Teguh itu akan menumbuhkan pohon. Namun, sepanjang anda tidak lari dari ucapan para syeikh, peringatan kerasnya, tetapi anda malah membutakan diri dari bencana-bencana. Dari mereka datang padaku, tapi saya diam, namun anda tidak sabar terhadap ucapan mereka itu. Anda ingin bahagia, tapi tidak anda dapatkan. Ingin kemuliaan, tapi tidak anda jumpai. Anda tidak bahagia manakala anda tidak berserasi dengan takdirNya, baik yang indah maupun yang pahit, disamping berguru pada para syeikh dengan menghilangkan kecurigaan menurut emosi anda. Hendaknya pula anda mengikuti jejaknya dalam berbagai situasi dan kondisi, maka anda dapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
Pahamilah apa yang kusampaikan ini. Faham saja tapi tidak mengamalkan tidak sama sekali disebut faham. Namun mengamalkan tanpa keikhlasan, sungguh merupakan ketamakan. Thama’ (Tha’ Mim ‘Ain) semua hurufnya kosong bolong. Orang awam tidak mengerti apa yang anda buka. Anda mengajarkan kepada mereka hingga mereka hati-hati padamu.
Jika anda sabar bersama Allah azza wa-Jalla, pasti anda akan tahu keajabian-keajaiban dari Kemaha lembutanNya. Nabi Yusuf as, ketika sabar dalam deritanya dan diperbudak, dipenjara dandihina, namun berselaras dengan tindakan Tuhannya Azza wa-Jalla maka ia malah sukses dan menjadi raja. Allah mengalihkan dari kehinaan menjadi kemuliaan, dari kematian menuju kehidupan.Begitu juga anda, jika mengikuti syariat dan anda sabar bersama Allah azza wa-Jalla, anda takut padaNya, berharap padaNya, dan kontra pada nafsu anda, syetan anda, kesenangan anda, anda pun akan berpindah dari situasi saat ini, dari situasi yang anda benci menuju situasi yang anda sukai. Karena itu seriuslah dan berjuanglah. Karena perjuangan itu melahirkan kebaikan. Siapa yang bersikeras dalam perjuangannya maka akan meraihnya. Berjuanglah untuk makan makanan halal, karena bisa mencahayai hati anda dan mengeluarkan dari kegelapan hatimu. Akal yang paling berguna adalah yang mengenalkanmu pada nikmat Allah azza wa-Jalla dan menempatkan dirimu pada posisi syukur padaNya, membantumu untuk berkenalan dengan nikmat dan kriterianya.
Anak-anak sekalian…Siapa yang mengenal dengan mata yaqin, bahwa Allah Azza wa-Jalla telah membagi semuanya dan sudah tuntas pembagian itu, malah ia malu untuk memintaNya. Ia lebih senang sibuk berdzikir padaNya, tidak ingin meminta dipercepat bagianNya, dan tidak menginginkan yang diberikan pada yang lain. Perilaku mereka malah sembunyi, diam, dan beradab yang bagus serta meninggalkan kontra pada Allah Azza wa-Jalla.
Mereka tidak pernah mengadu pada makhlukNya, baik sedikit kebutuhannya maupun banyak. Menurutku mengeluh pada makhluk dalam hati pun, sudah dianggap berkeluh kesah dengan lisan. Secara hakiki tidak ada bedanya.
Hati-hati. Apa anda tidak malu mencari sesuatu selain pada Allah Azza wa-Jalla, sedangkan Dia itu lebih dekat padamu dibanding lainNya. Anda mencari sesuatu dari sesama, sesuatu yang tidak anda butuhkan pada Allah Azza wa-Jalla. Padahal anda sudah kaya raya, namun anda masih mencari sesuap dari orang-orang miskin. Jika anda mati baru anda malu, karena cacatmu sudah tampak, tetangga-tetanggamu mencacimu.
Kalau anda berakal, anda mestinya meraih sejumput dari iman agar anda bertemu Allah azza wa-Jalla dengan imanmu itu, apalagi anda berguru pada orang shaleh, beradab dengan mereka melalui ucapan dan tindakan mereka, hingga ketika imanmu dan yaqinmu sempurna, anda paripurna bersih menuju Allah Azza wa-Jalla hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, dan Allah memberikan wilayah adab padamu, perintah dan larangan bagimu dari dalam hatimu.
Wahai penyembah berhala riya’ bagaimana anda bisa mencium aroma taqarrub pada Allah Azza wa-Jalla, dunia dan akhirat!
Hai musyrik! Hai orang yang menghiba pada sesama dengan hatinya, palingkan dirimu dari mereka. Bahaya! Tidak ada gunanya, tak ada anugerah dan tak bisa menggagalkan pula.
Jangan sampai anda mengaku bertauhid pada Allah Azza wa-Jalla dengan kemusyrikan pada hatimu yang terus menancap.
Anda tidak akan meraih apa-apa.Q

CERMIN












































































ULAMA MEMINTA NASEHAT


TOKOH spiritual dan ulama terkenal dengan nasihat dan petuahnya yang hidup abad ke 3 H, sering didatangi oleh para tamu yang shalih. Kedatangan mereka disambut gembira dan sangat menarik perhatian Ibrahim. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Dia bisa menghirup banyak ilmu ma'rifah dari mereka laksana air sejuk yang turun dari langit, dia teguk satu demi satu nasihat para tamu tersebut untuk menambah dan memperbaharui keimanan.
Sampai akhirnya dia mohon bimbingan praktis bagaimana agar bisa menghayati kehidupan yang sebenarnya. Ia juga tahu bahwa seseorang tidak hanya memberi nasihat selalu, akan tetapi di sisi lain dia juga harus sering meminta nasihat dan belajar dari orang lain.
"Tuan-tuan Syaikh yang sangat saya hormati," kata Ibrahim membuka pembicaraan, "Bimbinglah aku hingga aku bisa takut kepada Allah seperti takutnya kalian kepadaNya." "Wahai Ibrahim! Ada tujuh perkara yang harus senantiasa kau ingat dan kau amalkan dalam usahamu mendekatkan diri kepada Allah," nasihat para tamu tersebut.
"Pertama, orang yang banyak bicara tanpa manfaat, jangan terlalu banyak berharap bisa memperoleh hati yang terjaga dan jiwa yang bersih. Biasanya orang yang banyak bicara adalah orang yang sedikit akalnya.
Kedua, orang yang banyak makan, jangan banyak berharap akan memperoleh ilmu dan hikmah. Perut yang kekenyangan akan menyebabkan kemalasan dan pikiran menjadi tumpul. Ketiga, orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk-duduk dengan manusia lain, jangan banyak berharap akan memperoleh manisnya rasa beribadah kepada Allah. Ia hanya bisa menggunjing dan membicarakan kekurangan orang lain, sementara kekurangannya sendiri ditutup-tutupi.
Keempat, orang yang terlalu cinta kepada dunia, jangan banyak berharapakan bisa memperoleh kematian yang tenang pada akhir hayatnya. Ia lebih memikirkan dunianya dari pada akhiratnya. Kelima, orang yang jahil dalam ilmu pengetahuan, jangan banyak berharap akan memperoleh hati yang senantiasa terjaga. Ia berbuat sesuatu didasari kebodohan dan nafsu belaka.
Keenam, orang yang memilih bersahabat dengan orang dzalim, jangan banyak berharap bisa memperoleh istiqamah dan keteguhan hati serta kemantapan dalam menjalankan kewajiban agamanya. Ia tidak punya pendirian dan selalu terpengaruh oleh mereka. Ketujuh, orang yang mencari keridhaan manusia, jangan banyak berharap akan bisa memperoleh keridhaan Allah. Ia rendahkan diri di hadapan sesama manusia, sementara kepada Allah ia congkak dan tidak patuh." Ibrahim tepekur dan tertunduk penuh kekhusyukan mendengarkan nasihat itu.[Sabili-20/IX ]









Hikmah

MANUSIA PASTI MATI

BAGINDA Rasullullah S.A.W berkata: "Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu."

Sambung Rasullullah S.A.W. lagi: "Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan sayapnya di sebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada di sekelilingnya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail A.S. Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail A.S. akan menebarkan sayap di sebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang sekelilingnya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya."
Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah S.W.T. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: "Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah S.W.T." Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah S.W.T. dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah rohnya dari arah lain."
Sebaik saja malaikat maut mendapat perintah Allah S.W.T maka malaikat maut pun cuba mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Maka berkata tangan: "Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini sebab tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan." Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut cuba pula dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan berulang alik mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu." Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut cuba pula dari arah telinga.
Sebaik saja malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir." Akhir sekali malaikat maut cuba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah."
Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah S.W.T. Kemudian Allah S.W.T. berfirman yang bermaksud: "Wahai malaikatKu, tulis Asma(nama)Ku di telapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu." Sebaik saja mendapat perintah Allah S.W.T. maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah S.W.T. Sebaik saja melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah S.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang.
Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang ke mana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A: "Roh itu menuju ketujuh tempat:
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak dibumi dantidak di langit hingga hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik (wangian).
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa beserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat."
Telah bersabda Rasullullah S.A.W :"Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya :
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah."