Selasa, 05 Mei 2009

SETETES AIR


A M A N A H



Assallamu’alaikum
Warahmatullahi wabarakatuh


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.
Aamiin.([Swadaya-102007)

Muslimah Sejati


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.Aamiin.([Swadaya-102007)
KEBERHASILAN pendidikan TANGGUNG JAWAB Bersama

Untuk lebih memberi motivasi kepada jajaran pendidikan, khususnya para guru bidang study, kedepannya Wawali H. Syaharie Jaang memandang perlu untuk memberikan semacam penghargaan bagi guru bidang study yang mencapai kelulusan maksimal.

MENJELANG pelaksanaan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2008/2009 yang dilaksanakan akhir April 2009 mendatang, Pemkot Samarinda dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Samarinda melakukan berbagai tahap persiapan, salah satunya sosialisasi berbagai ketentuan dan peraturan UN bagi para Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru Bidang Study yang diujikan untuk tingkat SMU dan MA, di ruang Rapat Utama Balaikota Selasa (27/1).
Wakil Walikota Samarinda H Syaharie Jaang SH MSi ketika membuka kegiatan sekaligus memberikan arahan didepan lebih kurang 336 orang peserta, mengingatkan pentingkan upaya ataupun kerja keras pihak sekolah mempersiapkan siswa didiknya dalam menghadapi evaluasi belajar tahap akhir tersebut..
Kalau dihitung dari sekarang, maka waktu yang tersisa saat ini tidak lebih dari dua setengah bulan lagi, untuk itu atas nama pemerintah saya berharap agar kesempatan ini dapat digunakan sebaik-baiknya mempersiapkan segala sesuatu agar kelulusan tahun ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, apakah itu berupa bimbel atau try out dan lain sebagainya,” ucap Wawali.
Untuk itu selain upaya maksimal dari pihak Pemkot, Syaharie mengharap kerjasama dan peran serta pihak Pemerintah Provinsi.
“Karena perlu kita sadari kelulusan siswa di Kota Samarinda bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota semata, melainkan seyogyanya menjadi tanggung jawab bersama dengan pihak pemerintah provinsi,” imbuh Jaang kepada pejabat perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi yang hadir pula dalam kesempatan tersebut.
Untuk lebih memberi motivasi kepada jajaran pendidikan, khususnya para guru bidang study, kedepannya Wawali memandang perlu untuk memberikan semacam penghargaan bagi guru bidang study yang mencapai kelulusan maksimal.
Saya kira ini penting juga guna memberi motivasi bagi para guru agar lebih giat meningkatkan angka kompetensi siswa didiknya,” tandasnya.
Sementara itu terkait kepastian jadwal pelaksanaan Ujian Nasional tersebut Kadisdik Kota Samarinda Prof H Abdul Rachim menyebut untuk tingkat SMA akan dimulai pada 20 hingga 24 April 2009 mendatang
Itu untuk jadwal ujian tahap I, sedangkan ujian susulannya akan dilaksanakan pada 27 April hingga 1 Mei 2009,” terangnya. Adapun mata pelajaran yang akan diujikan diantaranya meliputi bidang study Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan beberapa bidang study lain sesuai dengan kejuruan masing-masing.
Sedangkan jumlah siswa yang akan mengikuti ujian pada tahun ini mencapai 29.257 orang dengan standar kreteria kelulusan 5,50, atau mengalami kenaikan 0,25 % dari tahun sebelumnya yang hanya mematok angka 5.25 saja. *

“Matahari” Indra Djaya yang Hampir Hilang

“Matahari” Indra Djaya yang Hampir Hilang

* Ditinggal mati bapak-ibu-adik, terancam buta & tak bisa ikut UN

RUMAH kayu di sudut Gang 2 Jalan Tongkol Kelurahan Sungai Dama Samarinda Ilir itu nampak nampak sepi. Seorang perempuan tua berbaring sambil mengayun cucunya. Di ruangan kecil lain-di lantai 2 rumah kecil itu seorang lelaki muda berumur (14 tahun) hanya duduk atau berbaring di dalam kamar. Lelaki muda itu bernama Indra Djaya.

Sekalipun matahari di langit bersinar terang. Tapi, bagi Indra Djaya, matahari itu tak dapat lagi dinikmatinya. Bukan karena rumah kecil yang ditinggalinya bersama dengan neneknya yang bernama Parmah dan pamannya M. Masri terlindung oleh rumah-rumah yang berjejal di gang sempit itu. Tapi karena memang matanya sejak bulan Nopember 2008 sampai sekarang, pelajar SMP 21 kelas 9 C (kelas 3) tersebut tidak bisa melihat lagi.

Bagi Indra Djaya, anak yatim piatu itu cobaan terus datang. Ibunya telah dipanggil Sang Pencipta, Allah SWT pada tahun 1999 lalu, pada saat dia berumur 6 tahun. Saat itu ibunya berumur 36 tahun. Di tahun itu dia mulai ingin bersekolah. Waktu terus berjalan, baginya hidup harus jalan terus. Indra Djaya, memilih bersekolah di dekat rumahnya, SMP 21 jalan Tongkol. Dia bercita-cinta ingin menjadi insyur tehnik listrik. Namun cobaan kembali datang. Adik satu-satunya, Candra ketika itu baru berumur 5 tahun menyusul sang ibu, tewas tenggelam di Sungai karang Mumus.

Belum cukup cobaan itu datang, anak pertama ini mendapat cobaan berikutnya. Tahun 2004 adik satu-satunya, Candra menyusul sang ibu saat berusia 6 tahun, karena kecelakaan tenggelam di Sungai Karang Mumus. Bapaknya Edi Sunaryo bapaknya, Indra anak yang pintar. Dia tetap diusahakan bersekolah. Namun, sayang 3 tahun yang lalu atau tahun 2007, bapaknya juga meninggal dunia, karena sakit.

Kini, ketika anak-anak lain bisa bersekolah dan selesai mengikuti Ujian Nasional (UN), Indra yang seharusnya ikut UN hanya menangis di kegelapan. Dia tak bisa lagi bersekolah. Dia tak bisa lagi melakukan hobinya membaca. Karena pandangannya mulai kabur.

Menurut pamannya M. Masri, dia telah berupaya membawa Indra berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), pihak dokter di Samarinda tak sanggup untuk menyembuhkan. ‘’Tapi bukan berarti harapan itu tak ada. Dokter menyarankan agar Indra dibawa berobat ke Jakarta sebelum terlambat. Menurut dokter retina matanya sudah rusak, dan bisa mengalami kebutaan total bila lambat ditangani dokter yang ahli dan memiliki peralatan medis yang lengkap,’’ ujar Masri, yang didampingi Direktur Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) H Akhmad Zailani dan Sentun, aktifis Peduli Kesehatan Masyarakat.

Masri yang juga mantan Ketua Tim AMPERA Amins-Hadi Kelurahan Sungai Dama ini berkeinginan menyembuhkan Indra, yang dikenal pintar dan selalu ranking 5 besar ini. ‘’Dia harapan kami. Namun karena kami juga kurang mampu, bahkan untuk menyekolahkan dia kami kesulitan, apalagi membawa dia operasi mata ke Jakarta,’’ kata Masri prihatin.

Akhmad Zailani berharap pihak Pemerintah Kota Samarinda, khususnya Walikota Samarinda H. Achmad Amins bisa membantu memperhatikan warganya yang mengalami kesulitan tersebut. ‘’Kasihan, orang tuanya tidak ada lagi, juga saudaranya. Dia tinggal sama neneknya, sedangkan pamamnya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami berharap Bapak Walikota H Achmad Amins terketuk hatinya dengan membantu biaya pengobatan warganya. Anaknya pintar dan selalu ranking di sekolah. Bila dibiarkan berlarut-larut, mata Indra nantinya malah semakin sulit untuk sembuh,’’ kata Zailani.@

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan

* * Ditinggal mati bapak-ibu-adik, terancam buta & tak bisa ikut UN

UJIAN NASIONAL (UN) baru saja selesai. Bila pelajar lain yang harap-harap cemas menunggu kelulusan, berbeda halnya dengan Indra Djaya (15 tahun), siswa SLTP 21 kelas 3. Indra Djaya cemas menunggu harapan matanya yang kian hari kian kabur, dan terancam buta bila tidak segera dioperasi. Sejak bulan Nopember 2008 lalu, anak yang bercita-cinta jadi insinyur tehnik tersebut sudah tak bisa lagi bersekolah. Dan pihak sekolah pun tak pernah menengok anak yatim piatu tersebut, padahal jaraknya tak lebih dari 100 meter.

Indra Djaya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya, Candra telah meninggal dunia tahun 2004 lalu. Adik satu-satunya itu tewas tenggelam di sungai karang mumus. Sebelumnya ibunya Tuti-- Saat itu ibunya berumur 36 tahun-- telah dipanggil Sang Pencipta, Allah SWT pada tahun 1999 lalu. Saat itu usia Indra baru berumur 6 tahun.. Di tahun itu dia mulai bersekolah. Waktu terus berjalan, baginya hidup harus jalan terus. Indra Djaya, memilih bersekolah di dekat rumahnya, SMP 21 jalan Tongkol. Dia bercita-cinta ingin menjadi insyur tehnik. Namun cobaan kembali datang, setelah adik satu-satunya, Candra ketika itu baru berumur 5 tahun menyusul sang ibu, tewas tenggelam di Sungai karang Mumus, bapaknya Edi Sunaryo bapaknya, 3 tahun yang lalu atau tahun 2007, juga meninggal dunia, karena sakit.

Kini, ketika anak-anak lain bisa bersekolah dan selesai mengikuti Ujian Nasional (UN), Indra yang seharusnya ikut UN hanya menangis di kegelapan. Dia tak bisa lagi bersekolah. Dia tak bisa lagi melakukan hobinya membaca. Karena pandangannya mulai kabur.

Menurut pamannya M. Masri, dia telah berupaya membawa Indra berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), pihak dokter di Samarinda tak sanggup untuk menyembuhkan. ‘’Tapi bukan berarti harapan itu tak ada. Dokter menyarankan agar Indra dibawa berobat ke Jakarta sebelum terlambat. Menurut dokter retina matanya sudah rusak, dan bisa mengalami kebutaan total bila lambat ditangani dokter yang ahli dan memiliki peralatan medis yang lengkap,’’ ujar Masri, yang didampingi Direktur Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) H Akhmad Zailani dan Sentun, aktifis Peduli Kesehatan Masyarakat.

Masri menyebutkan, sehari-hari Indra hanya duduk atau berbaring saja. Kadang, saat sendiri tersebut, dia melihat Indra menangis tanpa suara. ‘’Dia kadang menangis. Padahal saya tahu, anak itu mempunyai semangat besar untuk sekolah dan pantang berputus asa. Tapi mau bagaimana lagi. Itu pun saat menyekolahkan dia kami patungan antara keluarga,’’ ujar Masri.

Masri yang juga mantan Ketua Tim AMPERA Amins-Hadi Kelurahan Sungai Dama ini berkeinginan menyembuhkan Indra, yang dikenal pintar dan selalu ranking 5 besar ini. ‘’Dia harapan kami. Namun karena kami juga kurang mampu, bahkan untuk menyekolahkan dia kami kesulitan, apalagi membawa dia operasi mata ke Jakarta,’’ kata Masri prihatin.

Akhmad Zailani berharap pihak Pemerintah Kota Samarinda, khususnya Walikota Samarinda H. Achmad Amins bisa membantu memperhatikan warganya yang mengalami kesulitan tersebut. ‘’Kasihan, orang tuanya tidak ada lagi, juga saudaranya. Dia tinggal sama neneknya, sedangkan pamannya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami berharap Bapak Walikota H Achmad Amins terketuk hatinya dengan membantu biaya pengobatan warganya. Anaknya pintar dan selalu ranking di sekolah. Bila dibiarkan berlarut-larut, mata Indra nantinya malah semakin sulit untuk sembuh,’’ kata Zailani prihatin.

Zailani juga yakin, Walikota Samarinda atau istrinya bila mengetahui ada warganya yang menderita begini pasti akan membantu. ‘’Kepedulian Pak Achmad Amins bukan hanya ada maunya atau ada kepentingan politik saja. Kalau ada warga yang kesusahan begini beliau pasti tanggap akan membantu,’’ imbuh Zailani.

Indra Djaya sendiri, tak banyak berbicara. Dia hanya duduk di kamar kecil rumahnya Jalan Tongkol Gang 2, dengan pandangan dari hari ke hari kian kabur dan gelap. Semangatnya untuk bersekolah tetap ada. Apakah matahari yang hampe hilang itu masih bisa dilihatnya kembali. ***

=====

Teks foto. Indra Djaya (nomor dua dari kanan) yang terancam buta dan ingin melanjutkan sekolah lagi bersama aktifis Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK).

Selasa, 17 Maret 2009



WARIK

Petugas Kerajaan


BAGAIMANA pula dengan Warik yang banyak di pulau kambang itu? Ternyata memang memiliki cerita tersendiri dan menjadikan pulau ini memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Ada cerita lain.
Dalam ceriteranya disebutkan salah satu keturunan raja di daerah Kuin tidak dikaruniai anak. Menurut ramalan ahli nujum kalau ingin punya anak harus berkunjung ke Pulau Kambang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dipenuhi oleh kerabat kerajaan. Beberapa waktu setelah mengadakan upacara di Pulau Kambang itu, ternyata isteri dari keturunan raja dimaksud hamil. Begitu gembira dan bahagianya keluarga raja dengan kehadiran anak yang dinanti-nantikan, maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak atau mengganggunya.
Petugas kerajaan yang mendapat perintah menjaga pulau ini membawa dua ekor warik besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur.
Konon menurut ceritanya setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara gaib, tak diketahui kemana perginya. Sedangkan warik yang ditinggalkannya beranak pinak dan menjadi penghuni pulau kambang. Para orang tua dahulu ketika mengunjungi pulang kambang masih bisa melihat si Anggur yang memang berbeda dari warik biasa.
Keberadaan warik-warik ini telah menjadikan pulau kambang semakin menarik untuk dikunjungi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh mereka yang perhatian terhadap keberadaan warik di pulau kambang ini diketahui ada dua kumpulan warik yang keluar dari persembunyiannya secara bergantian. Rombongan warik pertama yang keluar sekitar pukul 05.00 s.d. l3.00 dan setelah itu disambung oleh kumpulan warik sip kedua yang berada di tengah pengunjung pulau kambang. Kalau rombongan sip pertama tidak menaati ketentuan dengan pengertian melewati batas waktu operasional, maka ia akan diburu oleh rombongan warik lainnya. Tepatnya waktu itu mungkin hanya sesama warik yang tahu.
Begitulah asal muasal pulau Kambang beserta warik penghuninya. Tentang kebenarannya terpulang kepada Yang Maha Esa. Bahwa Pulau Kambang dan warik itu memang nyata dikelilingi sungai sekitarnya, tak perlu mempersoalkan keberadaannya. Tapi jangan lupa mengunjungi sebagai tempat wisata. Q





Tumpukan Kambang



CERITA tentang tenggelamnya kapal dengan para penumpangnya yang kebanyakan etnis Cina tersebut menyebar dari mulut ke mulut dan waktu ke waktu. Sehingga mereka yang berasal dari keturunan Cina pun banyak yang mengunjungi pulau tersebut untuk mengenang dan memberikan penghormatan terhadap jasad yang berkubur di situ.
Bahkan di situ pun dibuat patung monyet. Jadilah pulau ini sebagai tempat penyampaian doa nadzar, terutama bagi mereka yang merasa memiliki ikatan batin atas keberadaan pulau itu.
Dahulu setiap orang yang berkunjung ke sana membawa sejumlah untaian kambang (bunga), dan karena berlangsung sepanjang waktu terjadilah tumpukan kambang yang sangat banyak. Mereka yang melintasi pulau itu selalu melihat dan menyaksikan tumpukan kambang yang begitu banyak.
Oleh karena selalu menarik perhatian bagi mereka yang melintasi tempat ini dan menjadi penanda, maka untuk menyebutnya diberi nama Pulau Kambang.
Lama kelamaan nama pulau kambang semakin dikenal dan ramai dikunjungi orang dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang mengkeramatkannya atau sekadar ingin tahu keberadaan pulau kambang yang telah melegenda itu.
Sekarang pun masih ditemui adanya kunjungan dari mereka yang punya hajat tertentu dan berbaur dengan para pengunjung atau para wisatawan lainnya setelah mengunjungi pasar terapung.