Selasa, 05 Mei 2009

SETETES AIR


A M A N A H



Assallamu’alaikum
Warahmatullahi wabarakatuh


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.
Aamiin.([Swadaya-102007)

Muslimah Sejati


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.Aamiin.([Swadaya-102007)
KEBERHASILAN pendidikan TANGGUNG JAWAB Bersama

Untuk lebih memberi motivasi kepada jajaran pendidikan, khususnya para guru bidang study, kedepannya Wawali H. Syaharie Jaang memandang perlu untuk memberikan semacam penghargaan bagi guru bidang study yang mencapai kelulusan maksimal.

MENJELANG pelaksanaan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2008/2009 yang dilaksanakan akhir April 2009 mendatang, Pemkot Samarinda dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Samarinda melakukan berbagai tahap persiapan, salah satunya sosialisasi berbagai ketentuan dan peraturan UN bagi para Kepala Sekolah, Pengawas dan Guru Bidang Study yang diujikan untuk tingkat SMU dan MA, di ruang Rapat Utama Balaikota Selasa (27/1).
Wakil Walikota Samarinda H Syaharie Jaang SH MSi ketika membuka kegiatan sekaligus memberikan arahan didepan lebih kurang 336 orang peserta, mengingatkan pentingkan upaya ataupun kerja keras pihak sekolah mempersiapkan siswa didiknya dalam menghadapi evaluasi belajar tahap akhir tersebut..
Kalau dihitung dari sekarang, maka waktu yang tersisa saat ini tidak lebih dari dua setengah bulan lagi, untuk itu atas nama pemerintah saya berharap agar kesempatan ini dapat digunakan sebaik-baiknya mempersiapkan segala sesuatu agar kelulusan tahun ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan, apakah itu berupa bimbel atau try out dan lain sebagainya,” ucap Wawali.
Untuk itu selain upaya maksimal dari pihak Pemkot, Syaharie mengharap kerjasama dan peran serta pihak Pemerintah Provinsi.
“Karena perlu kita sadari kelulusan siswa di Kota Samarinda bukan menjadi tanggung jawab pemerintah kota semata, melainkan seyogyanya menjadi tanggung jawab bersama dengan pihak pemerintah provinsi,” imbuh Jaang kepada pejabat perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi yang hadir pula dalam kesempatan tersebut.
Untuk lebih memberi motivasi kepada jajaran pendidikan, khususnya para guru bidang study, kedepannya Wawali memandang perlu untuk memberikan semacam penghargaan bagi guru bidang study yang mencapai kelulusan maksimal.
Saya kira ini penting juga guna memberi motivasi bagi para guru agar lebih giat meningkatkan angka kompetensi siswa didiknya,” tandasnya.
Sementara itu terkait kepastian jadwal pelaksanaan Ujian Nasional tersebut Kadisdik Kota Samarinda Prof H Abdul Rachim menyebut untuk tingkat SMA akan dimulai pada 20 hingga 24 April 2009 mendatang
Itu untuk jadwal ujian tahap I, sedangkan ujian susulannya akan dilaksanakan pada 27 April hingga 1 Mei 2009,” terangnya. Adapun mata pelajaran yang akan diujikan diantaranya meliputi bidang study Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, Bahasa Inggris dan beberapa bidang study lain sesuai dengan kejuruan masing-masing.
Sedangkan jumlah siswa yang akan mengikuti ujian pada tahun ini mencapai 29.257 orang dengan standar kreteria kelulusan 5,50, atau mengalami kenaikan 0,25 % dari tahun sebelumnya yang hanya mematok angka 5.25 saja. *

“Matahari” Indra Djaya yang Hampir Hilang

“Matahari” Indra Djaya yang Hampir Hilang

* Ditinggal mati bapak-ibu-adik, terancam buta & tak bisa ikut UN

RUMAH kayu di sudut Gang 2 Jalan Tongkol Kelurahan Sungai Dama Samarinda Ilir itu nampak nampak sepi. Seorang perempuan tua berbaring sambil mengayun cucunya. Di ruangan kecil lain-di lantai 2 rumah kecil itu seorang lelaki muda berumur (14 tahun) hanya duduk atau berbaring di dalam kamar. Lelaki muda itu bernama Indra Djaya.

Sekalipun matahari di langit bersinar terang. Tapi, bagi Indra Djaya, matahari itu tak dapat lagi dinikmatinya. Bukan karena rumah kecil yang ditinggalinya bersama dengan neneknya yang bernama Parmah dan pamannya M. Masri terlindung oleh rumah-rumah yang berjejal di gang sempit itu. Tapi karena memang matanya sejak bulan Nopember 2008 sampai sekarang, pelajar SMP 21 kelas 9 C (kelas 3) tersebut tidak bisa melihat lagi.

Bagi Indra Djaya, anak yatim piatu itu cobaan terus datang. Ibunya telah dipanggil Sang Pencipta, Allah SWT pada tahun 1999 lalu, pada saat dia berumur 6 tahun. Saat itu ibunya berumur 36 tahun. Di tahun itu dia mulai ingin bersekolah. Waktu terus berjalan, baginya hidup harus jalan terus. Indra Djaya, memilih bersekolah di dekat rumahnya, SMP 21 jalan Tongkol. Dia bercita-cinta ingin menjadi insyur tehnik listrik. Namun cobaan kembali datang. Adik satu-satunya, Candra ketika itu baru berumur 5 tahun menyusul sang ibu, tewas tenggelam di Sungai karang Mumus.

Belum cukup cobaan itu datang, anak pertama ini mendapat cobaan berikutnya. Tahun 2004 adik satu-satunya, Candra menyusul sang ibu saat berusia 6 tahun, karena kecelakaan tenggelam di Sungai Karang Mumus. Bapaknya Edi Sunaryo bapaknya, Indra anak yang pintar. Dia tetap diusahakan bersekolah. Namun, sayang 3 tahun yang lalu atau tahun 2007, bapaknya juga meninggal dunia, karena sakit.

Kini, ketika anak-anak lain bisa bersekolah dan selesai mengikuti Ujian Nasional (UN), Indra yang seharusnya ikut UN hanya menangis di kegelapan. Dia tak bisa lagi bersekolah. Dia tak bisa lagi melakukan hobinya membaca. Karena pandangannya mulai kabur.

Menurut pamannya M. Masri, dia telah berupaya membawa Indra berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), pihak dokter di Samarinda tak sanggup untuk menyembuhkan. ‘’Tapi bukan berarti harapan itu tak ada. Dokter menyarankan agar Indra dibawa berobat ke Jakarta sebelum terlambat. Menurut dokter retina matanya sudah rusak, dan bisa mengalami kebutaan total bila lambat ditangani dokter yang ahli dan memiliki peralatan medis yang lengkap,’’ ujar Masri, yang didampingi Direktur Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) H Akhmad Zailani dan Sentun, aktifis Peduli Kesehatan Masyarakat.

Masri yang juga mantan Ketua Tim AMPERA Amins-Hadi Kelurahan Sungai Dama ini berkeinginan menyembuhkan Indra, yang dikenal pintar dan selalu ranking 5 besar ini. ‘’Dia harapan kami. Namun karena kami juga kurang mampu, bahkan untuk menyekolahkan dia kami kesulitan, apalagi membawa dia operasi mata ke Jakarta,’’ kata Masri prihatin.

Akhmad Zailani berharap pihak Pemerintah Kota Samarinda, khususnya Walikota Samarinda H. Achmad Amins bisa membantu memperhatikan warganya yang mengalami kesulitan tersebut. ‘’Kasihan, orang tuanya tidak ada lagi, juga saudaranya. Dia tinggal sama neneknya, sedangkan pamamnya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami berharap Bapak Walikota H Achmad Amins terketuk hatinya dengan membantu biaya pengobatan warganya. Anaknya pintar dan selalu ranking di sekolah. Bila dibiarkan berlarut-larut, mata Indra nantinya malah semakin sulit untuk sembuh,’’ kata Zailani.@

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan

Anak Berprestasi Itu Menangis di Kegelapan

* * Ditinggal mati bapak-ibu-adik, terancam buta & tak bisa ikut UN

UJIAN NASIONAL (UN) baru saja selesai. Bila pelajar lain yang harap-harap cemas menunggu kelulusan, berbeda halnya dengan Indra Djaya (15 tahun), siswa SLTP 21 kelas 3. Indra Djaya cemas menunggu harapan matanya yang kian hari kian kabur, dan terancam buta bila tidak segera dioperasi. Sejak bulan Nopember 2008 lalu, anak yang bercita-cinta jadi insinyur tehnik tersebut sudah tak bisa lagi bersekolah. Dan pihak sekolah pun tak pernah menengok anak yatim piatu tersebut, padahal jaraknya tak lebih dari 100 meter.

Indra Djaya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya, Candra telah meninggal dunia tahun 2004 lalu. Adik satu-satunya itu tewas tenggelam di sungai karang mumus. Sebelumnya ibunya Tuti-- Saat itu ibunya berumur 36 tahun-- telah dipanggil Sang Pencipta, Allah SWT pada tahun 1999 lalu. Saat itu usia Indra baru berumur 6 tahun.. Di tahun itu dia mulai bersekolah. Waktu terus berjalan, baginya hidup harus jalan terus. Indra Djaya, memilih bersekolah di dekat rumahnya, SMP 21 jalan Tongkol. Dia bercita-cinta ingin menjadi insyur tehnik. Namun cobaan kembali datang, setelah adik satu-satunya, Candra ketika itu baru berumur 5 tahun menyusul sang ibu, tewas tenggelam di Sungai karang Mumus, bapaknya Edi Sunaryo bapaknya, 3 tahun yang lalu atau tahun 2007, juga meninggal dunia, karena sakit.

Kini, ketika anak-anak lain bisa bersekolah dan selesai mengikuti Ujian Nasional (UN), Indra yang seharusnya ikut UN hanya menangis di kegelapan. Dia tak bisa lagi bersekolah. Dia tak bisa lagi melakukan hobinya membaca. Karena pandangannya mulai kabur.

Menurut pamannya M. Masri, dia telah berupaya membawa Indra berobat ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), pihak dokter di Samarinda tak sanggup untuk menyembuhkan. ‘’Tapi bukan berarti harapan itu tak ada. Dokter menyarankan agar Indra dibawa berobat ke Jakarta sebelum terlambat. Menurut dokter retina matanya sudah rusak, dan bisa mengalami kebutaan total bila lambat ditangani dokter yang ahli dan memiliki peralatan medis yang lengkap,’’ ujar Masri, yang didampingi Direktur Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) H Akhmad Zailani dan Sentun, aktifis Peduli Kesehatan Masyarakat.

Masri menyebutkan, sehari-hari Indra hanya duduk atau berbaring saja. Kadang, saat sendiri tersebut, dia melihat Indra menangis tanpa suara. ‘’Dia kadang menangis. Padahal saya tahu, anak itu mempunyai semangat besar untuk sekolah dan pantang berputus asa. Tapi mau bagaimana lagi. Itu pun saat menyekolahkan dia kami patungan antara keluarga,’’ ujar Masri.

Masri yang juga mantan Ketua Tim AMPERA Amins-Hadi Kelurahan Sungai Dama ini berkeinginan menyembuhkan Indra, yang dikenal pintar dan selalu ranking 5 besar ini. ‘’Dia harapan kami. Namun karena kami juga kurang mampu, bahkan untuk menyekolahkan dia kami kesulitan, apalagi membawa dia operasi mata ke Jakarta,’’ kata Masri prihatin.

Akhmad Zailani berharap pihak Pemerintah Kota Samarinda, khususnya Walikota Samarinda H. Achmad Amins bisa membantu memperhatikan warganya yang mengalami kesulitan tersebut. ‘’Kasihan, orang tuanya tidak ada lagi, juga saudaranya. Dia tinggal sama neneknya, sedangkan pamannya tidak mempunyai pekerjaan tetap. Kami berharap Bapak Walikota H Achmad Amins terketuk hatinya dengan membantu biaya pengobatan warganya. Anaknya pintar dan selalu ranking di sekolah. Bila dibiarkan berlarut-larut, mata Indra nantinya malah semakin sulit untuk sembuh,’’ kata Zailani prihatin.

Zailani juga yakin, Walikota Samarinda atau istrinya bila mengetahui ada warganya yang menderita begini pasti akan membantu. ‘’Kepedulian Pak Achmad Amins bukan hanya ada maunya atau ada kepentingan politik saja. Kalau ada warga yang kesusahan begini beliau pasti tanggap akan membantu,’’ imbuh Zailani.

Indra Djaya sendiri, tak banyak berbicara. Dia hanya duduk di kamar kecil rumahnya Jalan Tongkol Gang 2, dengan pandangan dari hari ke hari kian kabur dan gelap. Semangatnya untuk bersekolah tetap ada. Apakah matahari yang hampe hilang itu masih bisa dilihatnya kembali. ***

=====

Teks foto. Indra Djaya (nomor dua dari kanan) yang terancam buta dan ingin melanjutkan sekolah lagi bersama aktifis Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK).

Selasa, 17 Maret 2009



WARIK

Petugas Kerajaan


BAGAIMANA pula dengan Warik yang banyak di pulau kambang itu? Ternyata memang memiliki cerita tersendiri dan menjadikan pulau ini memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Ada cerita lain.
Dalam ceriteranya disebutkan salah satu keturunan raja di daerah Kuin tidak dikaruniai anak. Menurut ramalan ahli nujum kalau ingin punya anak harus berkunjung ke Pulau Kambang dengan mengadakan upacara badudus (mandi-mandi). Ramalan dan nasihat ahli nujum ini dipenuhi oleh kerabat kerajaan. Beberapa waktu setelah mengadakan upacara di Pulau Kambang itu, ternyata isteri dari keturunan raja dimaksud hamil. Begitu gembira dan bahagianya keluarga raja dengan kehadiran anak yang dinanti-nantikan, maka raja yang berkuasa memerintahkan petugas kerajaan untuk menjaga pulau tersebut agar tidak ada yang merusak atau mengganggunya.
Petugas kerajaan yang mendapat perintah menjaga pulau ini membawa dua ekor warik besar, jantan dan betina yang diberi nama si Anggur.
Konon menurut ceritanya setelah sekian lama petugas kerajaan ini menghilang secara gaib, tak diketahui kemana perginya. Sedangkan warik yang ditinggalkannya beranak pinak dan menjadi penghuni pulau kambang. Para orang tua dahulu ketika mengunjungi pulang kambang masih bisa melihat si Anggur yang memang berbeda dari warik biasa.
Keberadaan warik-warik ini telah menjadikan pulau kambang semakin menarik untuk dikunjungi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh mereka yang perhatian terhadap keberadaan warik di pulau kambang ini diketahui ada dua kumpulan warik yang keluar dari persembunyiannya secara bergantian. Rombongan warik pertama yang keluar sekitar pukul 05.00 s.d. l3.00 dan setelah itu disambung oleh kumpulan warik sip kedua yang berada di tengah pengunjung pulau kambang. Kalau rombongan sip pertama tidak menaati ketentuan dengan pengertian melewati batas waktu operasional, maka ia akan diburu oleh rombongan warik lainnya. Tepatnya waktu itu mungkin hanya sesama warik yang tahu.
Begitulah asal muasal pulau Kambang beserta warik penghuninya. Tentang kebenarannya terpulang kepada Yang Maha Esa. Bahwa Pulau Kambang dan warik itu memang nyata dikelilingi sungai sekitarnya, tak perlu mempersoalkan keberadaannya. Tapi jangan lupa mengunjungi sebagai tempat wisata. Q





Tumpukan Kambang



CERITA tentang tenggelamnya kapal dengan para penumpangnya yang kebanyakan etnis Cina tersebut menyebar dari mulut ke mulut dan waktu ke waktu. Sehingga mereka yang berasal dari keturunan Cina pun banyak yang mengunjungi pulau tersebut untuk mengenang dan memberikan penghormatan terhadap jasad yang berkubur di situ.
Bahkan di situ pun dibuat patung monyet. Jadilah pulau ini sebagai tempat penyampaian doa nadzar, terutama bagi mereka yang merasa memiliki ikatan batin atas keberadaan pulau itu.
Dahulu setiap orang yang berkunjung ke sana membawa sejumlah untaian kambang (bunga), dan karena berlangsung sepanjang waktu terjadilah tumpukan kambang yang sangat banyak. Mereka yang melintasi pulau itu selalu melihat dan menyaksikan tumpukan kambang yang begitu banyak.
Oleh karena selalu menarik perhatian bagi mereka yang melintasi tempat ini dan menjadi penanda, maka untuk menyebutnya diberi nama Pulau Kambang.
Lama kelamaan nama pulau kambang semakin dikenal dan ramai dikunjungi orang dengan niat dan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang mengkeramatkannya atau sekadar ingin tahu keberadaan pulau kambang yang telah melegenda itu.
Sekarang pun masih ditemui adanya kunjungan dari mereka yang punya hajat tertentu dan berbaur dengan para pengunjung atau para wisatawan lainnya setelah mengunjungi pasar terapung.


Pulau Kambang
yang Banyak Wariknya


Jangan kaget, bila kapal kecil yang membawa kalian menuju Pulau Kambang belum lagi merapat ke demaga, beberapa warik (monyet) meloncat, langsung menuju makanan yang kalian bawa. Nama pulau tersebut, Pulau Kambang, bukan Pulau Warik, sekalipun di pulau tersebut banyak warik dan tak banyak kambang(bunga)


Pulau Kambang adalah objek wisata yang jarang terlewatkan apabila orang mengunjungi pasar terapung. Selain tempatnya yang berada disekeliling sungai dan berbentuk pulau kecil juga mudah didatangi. Sebenarnya pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Barito Kuala, namun lebih dekat dengan Banjarmasin. Objek wisata Pulau Kambang ini ditawarkan dalam satu paket dengan Pasar Terapung yang merupakan andalan kepariwisataan kota Banjarmasin.
Di Pulau Kambang ini terdapat ribuan warik yang selalu datang mendekat ke arah pengunjung, terlebih lagi jika mereka sedang lapar. Tidak jarang warik-warik itu merebut benda yang ada dipangkuan pengunjung. Ketertarikan orang pada Pulau Kambang ini ternyata berbeda-beda tujuannya. Ada yang memanfaatkan karena letaknya dekat pasar terapung dan sekaligus ingin melihat warik yang ada disana. Selain itu ada pula pengunjung yang punya niat atau nadzar tertentu, sehingga mereka harus datang ke pulau kambang.
Cerita yang ditututkan mastyarakat secara turun temurun, bila warik dipelihara atau di bawa dari Pulau Kambang, tak berapa lama akan mati. Karena warik tersebut sebenarnya awak kapal yang tenggelam.
Ceritanya begini :
Dahulu kala di Banjarmasin tepatnya Muara Kuin berdiri sebuah kerajaan. di kerajaan tersebut ada seorang patih yang sangat sakti, berani dan gagah perkasa bernama Datu Pujung. Datu Pujung ini menjadi andalan dan merupakan benteng pertahanan terhadap orang-orang yang ingin menguasai Kerajaan Kuin.
Suatu ketika sebuah kapal Inggeris dengan membawa penumpang atau awak kapal yang kebanyakan orang Cina. Mereka diketahui ingin tinggal dan menguasai kerajaan Kuin. Untuk melaksanakan niat mereka itu tentu saja harus berhadapan dengan Datu Pujung. Menurut Datu Pujung kalau mereka ingin menguasai kerajaan Kuin harus dapat melewati ujian yang ditetapkan, yaitu bisa membelah kayu besar tanpa alat atau senjata.
Persyaratan dari Datu Pujung ini tidak dapat dipenuhi mereka. Datu Pujung memperlihatkan kesaktiannya dan dengan mudah membelah kayu besar itu tanpa alat. Datu Pujung membuktikan bahwa persyaratan yang diajukannya bukanlah omong kosong atau sesuatu yang mustahil.
Disebabkan para pendatang yang ada di dalam kapal Inggeris itu tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka oleh Datu Pujung diminta untuk membatalkan niat menguasai kerajaan Kuin dan agar kembali ke negeri asalnya. Namun mereka ngotot ingin tinggal menetap dan menguasai kerajaan Kuin sesuai dengan tujuan mereka. Karena mereka tetap memaksakan kehendaknya, akhirnya Datu Pujung dengan kesaktiannya menenggelamkan kapal beserta seluruh penumpang yang ada didalamnya.
Setelah sekian lama, bangkai kapal yang ada dipermukaan air itu menghalangi setiap batang kayu yang hanyut. Dari hari ke hari semakin bertumpuk kayu-kayu yang tersangkut dan kemudian tumbuh pepohonan yang menjadi sebuah pulau di tengah sungai.
Pulau yang ditumbuhi pepohonan ini telah pula dihinggapi oleh burung-burung dan bersarang di sana.
Tentang banyaknya warik, ada yang bercerita bahwa warik tersebut adalah awak kapal Inggris, yang kebanyakan orang China. Benar tidaknya wallahualam.Q





MASJID SULTAN SURIANSYAH
(Masjid tertua di Kalsel yang di dalam lantai masjid ‘dijaga’ Buaya Kuning)

MASJID Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali.
Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin. Kabarnya, di dalam lantai masjid ini ada buaya kuning yang ‘mengawal’ keberadaan masjid.

TELADAN

MUSLIMAH SEJATI


MENURUT Abbas Mahmout Al-Akkad dalam buku "Fathimah Zahra : Ibu Para Pahlawan", bahwa Sayyidah Fathimah adalah puteri bungsu dari pasangan Muhammad Bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Sayyidah Fathimah adalah satu-satunya puteri Nabi Muhammad SAW yang diberi umur cukup panjang. Dari ayahnya, nama Sayyidah Fathimah ditambahkan Az-Zahra.
Sayyidah Fathimah, menurut Abdurahman Umairah, dilahirkan ketika kaum Quraisy Mekkah merenovasi Ka'bah. Tepatnya lima tahun sebelum Rasulullah diangkat sebagai Nabi. Sejak masa kanak-kanak, ia telah memahami bahwa keluarganya sering mendapatkan teror dari kaum musyrikin. Sayyidah Fathimah sejak masih kecil oleh ayahnya sering dibawa bepergian.
Suatu hari, Rasulullah sedang sujud di Masjidil Haram, saat itu beberapa orang musyrik datang dan melemparkan bangkai kambing ke arah punggung Nabi.
Kemudian dengan cepat Sayyidah Fathimah menyingkirkan bangkai kambing yang menimpa ayahnya itu. Ketika itu juga Nabi langsung bermunajat, "Ya Allah, engkau yang akan menghadapi para pemuka Quraisy. Engkaulah yang akan menghadapi Abu Jahal Bin Hisyam, Utbah Bin Rabiah,Syaibah Bin Rabiah, Uqbah Bin Abi Muith dan Ubay Bin Khalaf." (HR. Muslim).
Itulah salah satu bentuk gangguan mereka. Apalagi setelah Khadijah wafat,
gangguan makin banyak datang dari sana-sini. Karena itu, setelah wafat
Khadijah, Rasulullah jarang di rumah dan Sayyidah Fathimah pun sering ditinggal sendirian. Namun itu tidak membuatnya resah maupun gelisah. Ia tahu bahwa ayahnya itu seorang Rasulullah yang mengemban tugas ilahiyah. Ketika Sayyidah Fathimah Az-Zahra beranjak dewasa banyak laki-laki yang ingin melamarnya. Umar Bin Khattab dan Abu Bakar serta para sahabat lainnya pun termasuk mereka yang lamarannya ditolak Rasulullah. Tidak sembarang orang berhak untuk menjadi suami puteri Rasulullah. Sebab keluarga Ahlulbayt Nabi terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Inilah yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Ahzab ayat 33, "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bayt, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
Maka sudah sepantasnya jika yang menjadi pendamping Sayyidah Fathimah
Az-Zahra Binti Rasulullah adalah orang yang berilmu, shaleh, bijak, dan setingkat Ahlulbayt Nabi. Siapakah laki-lakinya? Dialah seorang anak yang terdidik sejak belia di bawah bimbingan Rasulullah. Dialah seorang laki-laki yang akan menjadi pewaris ilmu dan hikmah Rasulullah. Dialah Ali Bin Abi Thalib. Dialah yang kemudian menjadi pilihan Rasulullah untuk membawa bahtera keluarga puteri Nabi ke tengah lautan hidup.
Pada satu riwayat, diceritakan Ali datang kepada istrinya untuk memberitahu bahwa Rasulullah telah datang dari peperangan bersamanya dengan membawa harta ghanimah dan tawanan. Ali berkata kepadanya, "Hai istriku, aku lelah. Ayahmu membawa tawanan dan mintalah salah seorang di antara mereka untuk menjadi pelayanmu. Bukankah engkau teramat berat bekerja sendirian?"
Sayyidah Fathimah Az-Zahra tersenyum. Walaupun saat itu tengah berada dalam keadaan letih karena menggiling gandum, ia pun berangkat juga. Saat tahu bahwa puterinya datang, Rasulullah langsung bertanya, "Hai anakku, ada apa?"
"Aku hanya ingin menyampaikan salam atas dirimu ayah," jawabnya. Ia berdiri sejenak dan kemudian kembali lagi ke rumah. Sesampainya di rumah, Sayyidah Fathimah Az-Zahra bercerita kepada suaminya bahwa dirinya malu untuk mengutarakan maksudnya kepada ayahnya itu. Suaminya hanya tersenyum dan kemudian membawa istrinya itu kembali menghadap Rasulullah. Ali kemudian mengungkapkan maksud kedatangan dirinya beserta istrinya itu. Namun alangkah kagetnya permintaan mereka itu ditolaknya. Rasulullah berkata, "Tidak, demi Allah. Aku tidak akan memberi kalian dengan membiarkan ahlussuffah melipat perutnya. Aku akan membagikan ghanimah dan meminta tebusan atas para tawanan ini. Kemudian hasilnya akan kuserahkan kepada ahlussuffah dan kaum mustadh'afin yang keadaannya lebih kurang dari aku dan kalian."
Mereka kemudian pergi. Rasulullah memang merasakan hatinya tidak tegaberbuat seperti demikian. Terlebih kepada anaknya sendiri. Karena perasaannya tetap terpaut kepada puterinya, maka Nabi Muhammad SAW pergi ke rumah Fathimah dan menghampirinya di dekat pintu seraya berkata, "Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?"
"Tentu, ya Rasulullah," jawab mereka serempak. Kemudian Rasulullah berkata, "Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali tiap selesai shalat. Jika kamu beranjak hendak tidur, bacalah masing-masing 33 kali." (HR. Muslim dan
Bukhari).
Sebagai seorang perempuan, Sayyidah Fathimah Az-Zahra secara mental tidak jauh berbeda dengan perempuan lainnya. Terbukti ketika suatu hari tersiar kabar bahwa suaminya hendak menikah lagi dengan perempuan lain, Sayyidah Fathimah merasa sakit hati dan kemudian berdiam diri dan tidak mau berbicara. Atas fenomena ini, ayahnya, Muhammad SAW, pergi ke Masjid seraya berkata kepada jama'ah, "Sesungguhnya Bani Hisyam Ibnul Mughirah meminta izinkepadaku untuk menikahkan puterinya dengan menantuku, Ali. Aku tidak akan mengizinkan mereka. Aku tidak akan mengizinkannya kecuali putra Abu Thalib itu menceraikan puteriku terlebih dahulu. Aku merasakan sakit dan kecemasan yang dialami puteriku. Sungguh ini ujian dari Allah yang hendak
menguji keimanannya."
Setelah itu, dikabarkan Ali mendatangi istrinya yang berdiam murung. Ali mendekati dan duduk di sampingnya. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tapi tiba-tiba Sayyidah Fathimah menangis dan Ali tidak bisa menahan air matanya yang mulai membasahi pipinya. Saat itu juga Ali meminta maaf atas isu-isu yang beredar menyangkut dirinya dan keluarga Bani Hisyam.
"Hai Fathimah, aku telah melakukan kesalahan menyangkut hakmu. Maafkan
aku," ujar Ali yang kemudian mencium jemari Sayyidah Fathimah. Lalu Ali pun menceritakan penolakan Rasulullah perihal permintaan Bani Hisyam yang meminta izin kepadanya atas keinginan untuk menikahkan Ali dengan puteri mereka. Akhirnya, kedua sudut mata Sayyidah Fathimah tidak henti-hentinya
mengalir. Sayyidah Fathimah bangkit, berwudhu, dan kemudian sujud syukur kepada Allah atas terselesaikannya masalah. Ia bersyukur karena prahara dan
perceraian yang akan mengancam keutuhan keluarganya telah sirna. Hilang
dan berganti dengan rasa cinta dan kebahagiaan yang menenangkan hidup.
Dari kebahagiaan itu, kemudian terlahir dua putra shaleh yang begitu dicintai Rasulullah. Mereka itu adalah Hasan dan Husein. Berkenaan dengan lahirnya mereka, Rasulullah sebagai kakeknya bersabda, "Keduanya merupakan anakku dan anak puteriku. Ya Allah, sungguh aku mencintainya. Karenanya cintailah keduanya dan cintai pula yang mencintai keduanya." (HR. Tirmidzi).
Tahun demi tahun beganti tahun. Sampailah pada masa yang memilukan keluarga Nabi, yaitu ketika sakit keras yang menjadi tanda tibanya masa akhir hidup Rasulullah. Dari salah seorang istri Nabi, yaitu Aisyah Binti Abu Bakar berkata, "Seluruh istri Nabi hadir. Tiba-tiba datanglah Sayyidah Fathimah. Dia berjalan persis seperti berjalannya Rasulullah. Tatkala melihat puterinya datang, Rasulullah langsung berucap, selamat datang puteriku. Kemudian beliau menyuruhnya untuk duduk di sampingnya dan mendekatkan telinga kepadanya. Pada bisikan pertama, Fathimah menangis tersedu-sedu. Kemudian pada bisikan kedua ia tertawa. Namun ketika ditanyakan perihal apa yang dibisikan ayahnya, Fathimah berkata, "Aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah." Rahasia ini kemudian ditanyakan kembali pada Sayyidah Fathimah. Ia memberitahu bahwa pada bisikan pertama Rasulullah
mengkabarkan bahwa malaikat maut telah tiba. Itulah sebabnya Fathimah menangis karena sebentar lagi ia menjadi yatim-piatu. Pada bisikan kedua, ayahnya memberitahukan bahwa Fathimah adalah muslimah pertama yang akan bertemu dengannya kelak di akhirat. Inilah yang membuatnya tertawa."
Selanjutnya, masih menurut Aisyah, bahwa selang beberapa jam Rasulullah
SAW mulai menutupkan matanya dan wafat dengan wajah berseri nan cerah.
Saat tahu bahwa ayahnya telah tiada, Sayyidah Fathimah menangis dan berlari ke luar rumah seraya menutupkan kain menjadi cadar yang menutup wajahnya.
Setelah ayahnya wafat, Fathimah mengalami sakit berat. Kian hari sakitnya
makin parah dan akhirnya, puteri Rasulullah ini pada malam Selasa, 3 Ramadhan 11, dalam usia sekitar 29 tahun dijemput malaikat maut untuk menghadap ayahnya.
Ya, Sayyidah Fathimah Az-Zahra adalah muslimah yang sabar dan taat. Tidak ada seorang pun yang melihat Fathimah mengeluh atas hidup yang dialaminya.
Az-Zahra, puteri tercinta Rasulullah SAW, adalah cermin bagi kaum wanita yang hendak menjadikannya dirinya sebagai muslimah sejati. Muslimah yang
pantang mengeluh dan pantang menyerah. Semoga Allah meridhai Az-Zahra dengan setinggi-tingginya.
Aamiin.([Swadaya-102007)

KISAH SUFI




Kehebatan Lelaki Sejati



"TUANKU, engkau bisa berjalan di atas air!" murid-muridnya berkata dengan penuh kekaguman kepada Bayazid Al-Busthami.
"Itu bukan apa-apa. Sepotong kayu juga boleh," Bayazid menjawab.
"Tapi engkau bisa juga terbang di angkasa?."
"Demikian juga burung-burung itu," tunjuk Bayazid ke langit.
"Engkau juga mampu bepergian ke Ka’bah dalam semalam?."
"Setiap pengelana yang kuat pun akan mampu pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam," jawab Bayazid.
"Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?" murid-muridnya ingin tahu.
"Lelaki sejati," jawab Bayazid, "adalah mereka yang mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Tuhan."Q




Pilihan yang Tepat



PADA suatu hari, Raja menaburkan wang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan berlomba untuk mendapatkan wang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda. Raja merasa amat kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu memperebutkan wang.
Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak berlomba untuk mendapatkan wang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan wang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik wang taburan itu.
Mendengar jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia jadikan budak itu sebagai permaisurinya.
Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh Raja Harun dan mencela Raja yang mempersunting seorang budak hitam.
Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka.Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di negerinya. Ketika semua budak telah berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada masing-masing budak segelas berlian untuk dihancurkan.
Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata, Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!
Raja lalu menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya, Mengapa kau hancurkan gelas itu? Budak hitam menjawab, Aku lakukan hal ini karena perintahmu.
Menurut pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Khalifah. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah melanggar titah Khalifah. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila.
Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Khalifah. Bagiku, pilihan yang pertama lebih mulia daripada yang kedua. Mendengar jawaban yang singkat itu, semua pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam itu. Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Khalifah jatuh hati kepadanya.Q




MALU



Rasulullah SAW bersabda:
"Malulah kalian di hadapan Allah dengan malu yang sesungguhnya." Para sahabat berkata, "Kami, sudah merasa malu wahai Nabi Allah, dan segala puji bagiNya." Lalu beliau bersabda, "Itu bukan malu yang sesungguhnya. Orang yang hendak malu dengan sesungguhnya di hadapan Allah swt, hendaklah menjaga pikiran dan bisikan hatinya, menjaga perut dan apa yang dimakannya dan hendaklah ia mengingat mati serta fitnah kubur. Orang yang menghendaki akhirat hendaknya meninggalkan perihiasan duniawi. Orang yang melakukan semua ini berarti memiliki malu yang sesungguhnya di hadapan Allah." (HR. Tirmidzi dan Hakim).
Ada lima tanda celaka manusia: Hati yang keras; mata yang bengis; tidak ada rasa malu; hasrat terhadap dunia; dan lamunan yang tak terhingga. (Al-Fudhail bin ‘Iyadh).
HambaKu telah memperlakukan Aku dengan tidak adil. Ia berdoa kepadaKu dan Aku merasa malu jika tidak mengabulkan doanya. Tapi ia terus bermaksiat kepadaKu tanpa merasa malu kepadaKu. (Firman Allah dalam salah satu Kitab Allah)
Malu adalah mengerutnya hati manusia untuk mengagungkan kebesaran Allah.(Kata salah seorang sufi)
Ketika aku sholat dua rekaat, tiba-tiba aku mebatalkannya, karena aku merasa malu dihadapan Allah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.
(Abu Bakr al-Warraq) Q




KEBEBASAN





KEBEBASAN berarti sang hamba bebas dari belenggu sesama makhluk; bahwa kekuasaan makhluk tidak berlaku atas dirinya. Kebebasan yang benar, tandanya adalah tersingkirnya bentuk pembedaan dalam jiwanya, sehingga seluruh fenomena duniawi sama di hadapannya. (Abul Qasim al-Qusyairi).
Orang yang datang ke dunia ini dalam keadaan merdeka dan bebas, maka ia pun akan datang ke akhirat dengan bebas pula. (Abu Ali ad-Daqqaq)
"Tahukan Allah itu Maha Penyayang?" tanya seseorang kepada Abu Bakr asy-Syibli, "Tentu. Tetapi karena aku sudah tahu bahwa Allah Maha Penyayang, maka aku tidak pernah memohon kepada-Nya agar menyayangi-Ku. Dan tahap kebebasan sungguh mulia!". (Abu Bakr asy-Syibli)
Janganlah bersahabat kecuali dengan manusia-manusia yang mulia dan bebas. Sebab ia hanya mendengar, namun tidak banyak bicara." (Hikmah Sufi)
Engkau tidak akan menvcapai kebebasan sejati selama masih ada sisa-sisa duniawi dalam hakikat ubudiyahmu. (Al-Junaid al-Baghdady). Q




SAHABAT



SULTANUL Auliya Syekh Abul Hasan Asy-Syadzily berkata:
Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang mementingkan dirinya atas dirimu, karena hal itu tercela. Dan janganlah bersahabat dengan orang yang mementingkan dirimu dibanding dirinya, karena hal itu tidak langgeng. Bersahabatlah dengan orang yang apa bila menyebut, ia berdzikir kepada Allah. Allah mengganti dengan dzikir itu apabila mendapatkan kekosongan, dan Allah mecukupkan manakala ia mendapatkan penyaksian. Dzikirnya merupakan cahaya hati, dan penyaksiannya adalah kunci keghaiban. Hendaknya, tujuanmu adalah Allah, dan mencintai kematian bersama setiap kaum.
Engkau jangan memperpanjang angan-angan, dan jangan pula menyertai orang yang tidak memiliki sifat seperti itu. Jika engkau mensahabatinya janganlah meratap. Cegahlah pada awal langkah, dan lakukanlah dengan cara yang baik sepanjang bersahabat denganmu.
Bersahabat dengan Allah adalah melalui pengekangan syahwat dan keinginan-keinginan. Seorang hamba tidak akan sampai kepada Allah SWT. sementara pada dirinya masih disertai oleh syahwat dan keinginan-keinginan hasrat nafsunya. Q


Manajemen Kekayaan
ala Rasulullah SAW


Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.

MUHAMMAD SAW mempunyai keunikan tersendiri mengenai kekayaan. Pada kondisi-kondisi tertentu, beliau menjadi orang 'kaya'.
Dan pada kondisi-kondisi yang lain, menjadi orang 'miskin'. Pada saat-saat tertentu, beliau juga berada pada posisi antara keduanya.
Hal ini tidak terlepas dari figur beliau sebagai teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi semua lapisan masyarakat.Beliau pernah menjadi orang kaya agar orang-orang kaya di antara umatnya dapat mencontoh bagaimana Rasulullah SAW berinteraksi dengan harta. Misalnya, bagaimana cara memperoleh harta yang baik, mensyukuri kekayaan dan membelanjakannya di jalan yang benar.Sebaliknya, beliau juga pernah menjadi orang miskin agar dapat menjadi contoh yang baik bagi orang-orang yang kekurangan. Misalnya, bagaimana cara bersabar dan menjaga kehormatan dalam kemiskinan, serta bagaimana keluar dari jeratan kemiskinan dengan cara yang baik pula.Begitu pula halnya ketika beliau berada pada posisi antara kaya dan miskin. Beliau mencontohkan bagaimana hidup bersahaja.
Tidak ada catatan yang lengkap menggambarkan berapa kekayaan yang dimiliki oleh Muhammad SAW, baik ketika sebelum menjadi seorang Rasul maupun dalam masa kenabian.
Di antara informasi tentang kekayaan Muhammad SAW sebelum kenabian adalah jumlah mahar yang dibayarkannya ketika menikahi Khadijah. Konon, Muhammad SAW menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Menurut satu riwayat, ditambah dengan 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar apabila dikonversi ke mata uang kita sekarang.
Hal ini berarti Muhammad SAW telah memiliki kekayaan yang cukup besar kertika beliau akan menikahi Khadijah. Kekayaan itu semakin bertambah setelah menikah, karena harta beliau digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui perdagangan.
Demikian pula, tidak banyak catatan yang ditemukan tentang apa yang terjadi terhadap kekayaan Muhammad SAW yang telah dihasilkan sebelum menjadi seorang Rasul. Setelah menjadi seorang Rasul, Muhammad SAW lebih sibuk berdakwah daripada mengurusi perdagangan.
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa beliau tidak menyimpan kekayaan di rumah beliau. Menurut satu riwayat, barang-barang yang ditemui di rumah
Muhammad SAW hanya beberapa peralatan masak dan tikar untuk alas tidur.
Muhammad SAW lebih banyak menggunakan harta kekayaannya di jalan Allah, seperti untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim, serta proyek-proyek sosial lainnya. Kebiasaan ini sebenarnya telah dilakukan oleh Muhammad SAW sebelumnya, terutama di bulan Ramadhan. Pada bulan ini, beliau memperbanyak sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.
Suatu ketika, datang seseorang kepada beliau untuk meminta sesuatu, oleh beliau diberilah orang itu kambing yang banyak. Saking banyaknya, sampai memenuhi jalan antara dua bukit. Lalu orang itu kembali kepada kaumnya dan berkata, "Masuk Islamlah kamu sekalian, sesungguhnya Muhammad bila memberi, dia seperti orang yang tidak takut miskin."Muhammad SAW juga pernah menerima 90.000 dirham, kemudian uang itu diletakkanya di atas tikar, lalu uang itu beliau bagi-bagikan kepada orang banyak, dan beliau tidak menolak permintaan siapa pun yang meminta sampai uang itu habis.
Ketika kembali dari Perang Hunaiin, beliau disodori uang hasil rampasan perang. Beliau berkata, "Letakkanlah uang itu di masjid." Dan jumlah uang itu yang terbanyak yang pernah diterimanya. Kemudian beliau shalat di masjid itu, tanpa menoleh kepada uang tadi. Ketika beliau selesai shalat, beliau duduk di dekat uang itu dan memberikannya kepada setiap orang yang memintanya. Kemudian baru beliau berdiri setelah uang itu habis.
Di samping dari ghanimah, sebagian harta yang dimiliki oleh Muhammad SAW berasal dari hadiah. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa salah satu ciri seorang Nabi dan Rasul adalah menerima hadiah, tetapi tidak menerima sedekah.
Diceritakan bahwa ciri-ciri ini juga dipercaya oleh para pendeta Nashrani klasik. Alkisah, Salman Al-Farisi sebelum masuk Islam melakukan perjalanan yang panjang dalam rangka menemukan keislamannya. Salman tinggal dari satu pendeta Nashrani ke pendeta berikutnya. Sampai kemudian, pendeta terakhir yang ditumpanginya menyuruhnya mencari seseorang yang memiliki ciri-ciri kenabian. Di antara ciri kenabian itu adalah dia tidak menerima sedekah, tetapi mau menerima hadiah.
Setelah bertemu dengan Muhammad SAW, Salman memberi sesuatu yang dikatakannya sebagai sedekah. Muhammad SAW memberikan sedekah tersebut kepada para sahabat yang ada bersamanya waktu itu.Kemudian Salman memberikan sesuatu yang lain dan mengatakannya sebagai hadiah. Lalu Muhammad SAW pun menerimanya. Salman kemudian meyakini bahwa Muhammad SAW benar-benar seorang utusan Allah SWT.
Menjelang wafatnya, harta yang dimiliki Muhammad SAW semakin habis. Sepertinya Muhammad SAW berusaha agar ketika beliau wafat tidak ada lagi harta yang dimilikinya dan beliau tidak mempunyai utang.Diceritakan oleh Husain Haikal (2002), di hari-hari sakit yang membawa kepada wafatnya, Muhammad SAW memiliki harta tujuh dinar. Karena kawatir ketika meninggal harta itu masih di tangannya, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan. Tetapi karena kesibukan keluarganya merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit yang masih terus bertambah, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu.
Di hari Ahad sebelum hari wafatnya (Senin), beliau sadar kembali dari pingsannya dan bertanya kepada mereka, "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?" Aisyah menjawab bahwa dinar itu masih ada di tangannya.
Kemudian dimintanya supaya dibawakan. Ketika uang itu sudah diletakkan di tangannya, Muhammad SAW berkata, "Bagaimana jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadapNya sedang ini masih di tangannya?" Kemudian semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir miskin di kalangan muslim.
Muhammad SAW meninggal dunia dengan tidak meninggalkan kekayaan duniawi kepada siapa pun. Ia pergi melepaskan dunia ini seperti ketika ia datang. Sebagai peninggalan, ia mewariskan Al-Qur'an dan sunnahnya akan dijadikan pedoman bagi umat manusia.
Ya, ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. (Ali bin Abi Talib)./Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.
Q


Santri Juga Diajar Bertani



SELAIN memperdalami ilmu agama Islam, Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnul Amin ini juga mengembangkan agribisnis. Santri juga diajari bertani.
Letak lahan pertanian tersebut di Desa Pamangkih Seberang Kec. Labuan Amas Utara. Lahan pertanian ini pernah dikunjungi Menteri Pertanian Anton Apriantono beberapa waktu lalu. Menteri Pertanian melihat langsung luasan lahan usaha agribisnis yang dikembangkan Ponpes Ibnul Amin Pamangkih serta melihat secara langsung kompleks pertanian para santri yang digarap secara swadaya . Saat itu Menteri Pertanian juga meresmikan Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat (LM3) serta Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Bulanang Indah.
Menurut K.H. Muhtar Hs dalam pengembangannya sejak tahun 1994, LM3 Ponpes Ibnul Amin telah mampu mengembangkan kegiatan agrobisnis dan integrated farming. Usaha tersebut juga pernah mendapatkan penghargaan SATYALENCANA WIRA KARYA dari presiden BJ. Habibie dan SBY pada tahun 1994 dan 2005.
Usaha agribisnis yang dikelola Ponpes Ibnul Amin Pamangkih berawal ketika sebagian besar santri yang dimilikinya tidak memiliki uang untuk melanjutkan pendidikan agama.
Di bagian lain H Muchtar juga menjelaskan, para santri di Ponpes Ibnul Amin hanya dimintai uang Rp 10.000 per bulan, tidak termasuk uang makan.
Maka untuk mendapatkan pendapatan, minimal untuk makan, para santri membuka lahan milik ponpes yang masih terbatas. Lahan tersebut dikembangkan dan dilanjutkan untuk dikelola sebagai salah satu usaha milik Ponpes Ibnul Amin Pamangkih.
Kini, setelah + 13 tahun dikelola, saat ini Desa Pamangkih Seberang yang dijadikan sebagai pusat usaha agribisnis mulai menjadi perkampungan.
Menteri Pertanian Anton Apriantono ketika berkunjung ke pamangkih dan meresmikan LM3 dan P4S menyebutkan telah menemukan bentuk lembaga mandiri mengakar pada masyarakat yang ideal, bahkan ia menetapkan LM3 Ponpes Ibnul Amin Pamangkih sebagai LM3 model.
"Setelah kami lihat, kami menemukan LM3 ideal, kami tetapkan LM3 ini sebagai LM3 model,"kata Menteri Pertanian Anton Apriantono.
Disebut sebagai LM3 model oleh pak Menteri , berarti ada tanggung jawab baru yang bakal dijalankan oleh pengurus LM3 ibnul amin Pamangkih, yakni siap menjadi rujukan LM3 di kalimantan Selatan bahkan secara nasional. Terlepas dari penetapan oleh Menteri sebagai LM3 model, kelebihan LM3 ibnul amin Pamangkih sudah dapat dirasakan oleh masyarakat setempat dengan lahirnya sekolah dasar islam dan panti asuhan. Q



Sang Guru


Tuan guru Haji Machfuz Amin bin Tuan Guru Haji Ramli demikian sebutan orang, beliau dilahirkan di desa Pamangkih pada tanggal 23 Rajab 1332 H (1914 M). Anak dari pasangan Tuan Guru H. Muhammad Ramli bin H. Amin dengan Hj. Sabariah binti H. Lima , punya saudara sembilan orang. Tuan Guru H. Machfuz seorang tokoh ulama dan juga seorang pejuang kemerdekaan , tidak mengenal lelah, seorang yang kharismatik patut dicontoh dan diteladani, tempat perjuangan beliau adalah Onder Distric Labuan Amas.
Beliau juga seorang pendiri dan pengasuh " Pondok Pesantren " IBNUL AMIN" Pamangkih HST. Pada zaman revolusi perang kemerdekaan RI, beliau bergabung bersama dengan pejuang lain, dibawah pimpinan Saberah Noor. Sebagai Rohaniawan dan juga pelopor penerangan perjuangan pada masyarakat melalui ceramah-ceramah di Langgar maupun di Mesjid di distrik Barabai menyampaikan arti penting perjuangan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan. H. Mahfuz di besarkan di lingkungan keluarga yang hidup dalam suasana keagamaan, orang tua beliau sangat disegani, mempunyai ilmu agama yang dalam yang di sebut Tuan Guru Besar, dalam pendidikan ditekankan disiplin waktu yang sangat ketat dan konsekwen dalam pengisiannya. H. Mahfuz dalam pendidikan formal menamatkan Volk School (SR) 3 tahun dan Vervolk School dua tahun, kemudian mengikuti pengajian agama yang diberikan orang tuanya. Umur 21 tahun beliau dicarikan istri bernama Siti Aminah, dari desa Pamangkih Seberang, tidak lama ia bercerai, kemudian dikawinkan dengan seorang perempuan bernama Saudah binti H.Muhammad Arsyad di desa Kalibaru Batu Benawa.
Pada 9 September 1938 M beliau naik Haji dan mempelajari ilmu agama secara sungguh-sungguh, selama kurang lebih 3 Tahun. Kemudian beliau mendapat panggilan dari orang tua di kampung agar ia segera pulang .
Tanggal 28 April 1941 M, beliau meninggalkan kota Suci Mekkah menuju Indonesia, tanggal 8 Oktober 1941 tiba di desa Pemangkih dan mengibarkan semangat pendidikan, dan perjuangan.
Bulan Juli 1958 beliau mendirikan Pondok Pesantren "IBNU AMIN" yang berdiri sampai sekarang. Dalam pendidikan beliau menegakkan pada perilaku ikhlas yang kata beliau berkat dan manfaat dari Allah SWT.
Q




Dari Haul Ke 14 KH Mahfuz Amin, sekaligus Reuni Akbar 50 Tahun Ponpes Ibnul Amin Pamangkih Kalsel



PERINGATAN haul Ke 14 pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin di Desa Pamangkih Kecamatan Lau, KH Mahfuz Amin dihadiri sekitar 3000 jamaah, termasuk Gubernur Kalimantan Selatan H Rudy Arifin, Bupati Hulu Sungai Tengah (HST) H Saiful Rasyid dan Wakil Bupati H Iriansyah, Bupati Tabalong H Rahman Ramsyi, anggota DPRD HST dan anggota DPRD Kalsel. Peringatan haul berlangsung khitmat. Alumni tak hanya datang dari Kalimantan, Jawa dan daerah lain di Indonesia, tapi juga dari Malaysia dan Brunai Darussalam.
Haulan ke 14 KH Mahfuz Amin ini juga dirangkai dengan reuni akbar 50 tahun Ibnul Amin Pamangkih.
Sebelum acara haul dimulai, dibacakan manakib atau sejarah singkat almarhum KH Mahfuz Amin oleh KH Sufian Sauri Lc. Di antara yang dikisahkan dalam manakib, yakni perjuangan KH Mahfuz Amin dalam melakukan syiar Islam, melalui pengembangan Ponpes Ibnul Amin.
Ponpes yang sudah berdiri sejak tahun 1958 telah berhasil mendidik santri dari berbagai kota di Indonesia ini. Alumnus dari santri ini juga telah tersebar di berbagai daerah dan mancanegara, menyebar di masyarakat mengembangkan syiar Islam.
Menurut pengasuh Ponpes Ibnul Amin H Muhtar HS, sepeninggal almarhum KH Mahfuz Amin, jumlah santri yang ‘mondok’ di Ponpes Ibnul Amin makin banyak. ‘’Saat ini saja ada sekitar 2500 santri. Santri tersebut dibagi dalam beberapa kelompok, yang tiap kelompoknya sekitar 25 orang,’’ kata KHMuhtar.
H Muhtar menjelaskan, untuk belajar agama di Ponpes Ibnul Amin tidak dibatasi usia. Artinya, yang tua pun bila ada keinginan silahkan. Saat ini Ponpes Ibnul Amin juga membuka pendidikan setingkat SD.
Selain ilmu agama, dilingkungan Ponpes juga dilakukan kegiatan sosial kema-syarakatan. Santri diajarkan bercocok tanam.
Acara dilanjutkan dengan pemukulan bedug sebanyak 50 kali, yang melambangkan usia ponpes yang sudah mencapai setengah abad. Pemukulan bedug dilakukan bergantian oleh Gubernur, Bupati serta pejabat dan undangan lainnya.
Selanjutnya acara diisi dengan tausiyah oleh Habib Ahmad Bin Muhammad Assegaf dari Surabaya. Habib Ahmad dalam ceramahnya di antaranya tentang keikhlasan yang sebenar-benarnya, terutama yang dilakukan oleh KH Mahfuz Amin hingga akhir hayatnya.
Kegigihan KH Mahfuz Amin dalam syiar Islam patut diteladani. Q